Budaya / SeniInspirasiResensi

‘Daughters of Disteny’ Inspirasi Pendidikan Perempuan India

NUSANTARANEWS.CO – ‘Daughters of Disteny’ Inspirasi Pendidikan Perempuan India. Perempuan di beberapa negara masih memiliki ruang gerak yang terbatas dalam berbagai bidang. Ini adalah hal yang akan anda lihat dari sebuah sereal dokumenter berjudul ‘Daughters of Disteny‘.

Menggambarkan sebuah kehidupan yang)menitik beratkan pada posisi perempuan dan anak-anak perempuan yang sama sekali sangat tidak beruntung. Sebuah kasta tak tersentuh di India biasanya menolak pendidikan. Menyusuri jalan cerita selama tujuh tahun, dari anak-anak perempuan yang bersekolah dan memberikan perubahan besar dalam hidupnya dengan pendidikan.

Ini adalah soal harapan. Semua orang memiliki harapan untuk hidup dalam kondisi yang lebih cerah di kemudian hari. Hal yang menarik adalah hal ini dikerjakan dengan mengikuti anak-anak bersekolah di sekolah Shanti Bavan yang ada di Tamil Nadu.

Alur yang sangat menarik, dimana pada pembukanya sekelompok ibu terlihat menangis karena harus meninggalkan anaknya di asrama. Ini merupakan pemandangan yang terjadi ketika hari pertama mereka memasuki sekolah asrama. Anak-anak tersebut akan tinggal di dalam asrama selama masa sekolahnya hingga mereka akhirnya dinyatakan lulus dan dapat melanjutkan ke universitas.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Abraham George, merupakan pendiri sekolah tersebut yang menggagas sekolah yang dapat menerika seluruh kasta hingga yang dianggap tersendah di India. Tujuannya memperbaiki tingkat hasil dan kualitas keluarga dengan kasta tersendah sekalipun. Para gadis belia menjadi sasaran Vanessa Roth, siempunya film tersebut karena biasanya para perempuan dengan kasta rendah di India menolak pendidikan.

Dalam sesi pertamanya para gadis belia tersebut mengungkapkan keinginan mereka untuk mendapatkan keuntungan secara finansial melalui pendidikan yang akan mereka lakukan tersebut.

Seorang gadis tujuh tahun bernama Thenmozhi mengungkapkan keinginannya berseragam dan menyebut bahwa sekolah adalah pekerjaan. Dengan sangat polos ia mengatakan, “ini adalah pekerjaan yang disebut…sains”. Karthika lain lagi, ia ingin menjadi pengacara hak asasi manusia karena melihat banyak tanah yang direbut paksa di wilayahnya.

Film serial ini kemudian akan mengikuti untuk beberapa tahun kemudian bertemu dengan para gadis tersebut. Dengan rentan usia yang berbeda mereka mengungkapkan pendapat-pedapat mereka dengan sangat apik. Musik film ini juga sangat mendukung, yang diisikan oleh komposer handal India AR Rahman.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Cerita lain dilibatkan untuk mempertegas inti cerita. Diceritakan wanita kasta rendah yang tidak berpendidikan menunggu pelamar sementara ibu mereka berdoa untuk anak laki-laki, kepasifan hidup mereka sangat berbeda dengan gadis Shanti Bhavan. Mereka tinggal di sebuah novel Jane Austen yang panas dan berdebu kecuali nasib memilih untuk melemparkan mereka sebuah garis hidup.

Pada akhir seri, Thenmozhi berusia 13 tahun dan berbicara dengan teman-temannya tentang anak laki-laki, meskipun dia tahu untuk menjaga jarak dan berkonsentrasi pada studinya untuk saat ini. Orang-orang muda di sekolah tersebut dididik tentang perlakuan terhadap wanita di India, “pembunuhan demi kehormatan”, tingginya tingkat kematian ibu saat melahirkan. George menginginkan semua orang yang meninggalkan sekolahnya untuk mengambil sikap baru dengan mereka.

Tentu ini akan sangat mengisnpirasi dan menjadi pelajaran bagi banyak orang. Film dokumenter yang memiliki 4 seri ini memiliki durasi 60 menit.

Penulis: Riskiana
Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

No Content Available