EkonomiTerbaru

Dari Semua Coligium, IDI Akui Hanya Dokter Spesialis Bedah yang Berkompetensi Dunia

NUSANTARANEWS.CO – Dari semua Coligium, IDI akui hanya dokter spesialis bedah yang berkompetensi dunia. Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN, seluruh bidang profesi di Indonesia akan menjadi medan persaingan bagi pekerja profesional negara-negara di ASEAN. Karena itu, diharapkan Indonesia dapat melahirkan para tenaga kerja profesional dengan kemampuan standar dunia.

Seiring pemberlakuan kesepakatan MEA, kekhawatiran muncul di bidang kedokteran Indonesia. Pasalnya, Indonesia belum mampu mencetak tenaga medis yang bersertifikat kompetensi multilateral.

“Yang multilateral belum ada. Kecuali satu, yaitu coligium bedah. Artinya spesialis bedah,” ujar Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof Dr. I. Oetama Marsis saat melakukan RDP dengan komisi X DPR di ruang rapat komisi X DPR, Senayan, Jakarta, Senin (23/5/2016).

Marsis menyampaikan dalam regulasi yang diberlakukan MEA nanti, disyaratkan bagi para dokter untuk bersertifikasi internasional dengan skala ASEAN. Sehingga, sertifikat tersebut dapat menjadi kunci utama bagi dokter nasional memasuki lapangan pekerjaan di negara-negara lain di ASEAN.

Baca Juga:  Rahmawati Zainal Peroleh Suara Terbanyak Calon DPR RI Dapil Kaltara

Tahapannya, Marsis menambahkan, akan dilakukan kerjasama bilateral terlebih dahulu sebagai awalan mengukur kualitas kompetensi para dokter dari dua negara. Setelah dilakukan kerjasama dua negara, baru dilakukan kesepakatan antar negara-negara di ASEAN.

“Karena untuk equality competency, tidak langsung ke multilateral. Misalnya IDI penyamaan kompetensi untuk option. Pertama dengan Singapura dulu, oh sama. Terus Thailand, oh sama. Kalo sudah bilateral-bilateral dilakukan, baru dibangun kesepakatan multilateral seluruh anggota ASEAN. Maka disitu ditentukan standart kualitas kompetensi dokter bersertifikat multilateral,” ungkapnya.

IDI menyebutkan pihaknya saat ini menauingi 29 ribu dokter spesialis. Selebihnya, ada 110 ribu dokter dengan kategori tenaga ahli medis umum.

Nah, untuk meningkatkan kualitas kompetensi mereka, maka dibutuhkan pendidikan multilateral. Itu harus dicapai oleh Indonesia,” ungkapnya. (Ahmad)

Related Posts

1 of 13