Sport

Danki Brimob Nunukan Tepis Anggapan Olahraga Menembak Hanya untuk Orang Kaya

olahraga tembak, organisasi penembak, perbakin, brimob nunukan, nusantaranews, cabor menembak, penembak, penembak nunukan, atlet tembak
ILUSTRASI – Olahraga menembak. (Foto: superduper.top)

NUSANTARANEWS.CO, NunukanOlahraga menembak semakin hari makin banyak diminati. Sebagaimana juga yang terjadi di Nunukan, Kalimantan Utara, jumlah anggota organisasi penembak seperti Perbakin pun juga kian bertambah. Namun bagi sebagian besar masyarakat saat ini hanya berandai-andai kendati menaruh minat terhadap olahraga yang bersepti sangat tinggi ini.

Bagi masyarakat, olah raga menembak hanyalah bisa dilalukan oleh kalangan tertentu atau yang telah mapan dalam ekonomi. Mahalnya harga senapan dan vasilitas penunjang lainya dari olahraga ini semakin menciutkan minat masyarakat untuk sekadar ikut berlatih.

Menanggapi fenomena dan anggapan di tengah masyarakat seperti itu, Komandan Kompi (Danki) Brimob Pelopor A Batalyon 3 Nunukan Iptu Budi Utomo meluruskan hal tersebut dan mengatakan bahwa anggapan masyrakat adalah salah. Budi menegaskan bahwa olah raga menembak sejatinya adalah sama dengan cabang olahraga lainya.

“Olah ragamenembak butuh vaslitas dan biaya, itu memang benar. Tapi menganggap bahwa hanya orang kaya yang layak berprestasi di cabor menenbak, itu pendapat yang salah,” ungkap Budi di sela-sela Penutupan Lomba Menembak Reaksi dan Presisi di Lapangan Tembak Asrama Brimob Nunukan, Kalimantan Utara, Minggu (23/12).

Baca juga: Gelar Lomba Menembak, Brimob dan Perbakin Nunukan Harapkan Cetak Banyak Atlet Tembak

danki brimog, brimob nunukan, brimob pelopor, iptu budi utomo
Komandan Kompi (Danki) Brimob Pelopor A Batalyon 3 Nunukan Iptu Budi Utomo. (Foto: Eddy S)

Lebih lanjut Budi mengungkapkan bahwa untuk menyikapi pandangan masyarakat tentang Cabor Menembak, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pembinaan kepada siapapun masyarakat di Nunukan yang menaruh minat dan ingin mengukir prestasi melalui olahraga ini.

“Ini perlu kita lakukan agar tak ada lagi mindset sebgaian masyarakat tentang adanya batas untuk meraih prestasi hanya karena terbentur biaya,” ujarnya.

Pria yang juga dikenal peramah kepada masyarakat Nunukan itu mencontohkan yang dialami I Gustin Arinda Putri sebelum menjadi atlet nasional seperti saat ini. Budi mengungkapkan bahwa sebelum mendapat predikat atlet nasional, Putri juga melewati masa-masa memprihatinkan seperti terancam gagal ikut event karena terbentur dana.

Tapi karena melihat keteguhan tekat dan juga karena mempertimbangkan prestasi baik saat latihan maupun di arena lomba sebelumnya, membuat semua anggota Perbakin dan para penembak lain melakukan patungan dana demi si atlet.

“Dan sekarang bukan hanya masyarakat Nunukan tapi juga pengakuan terhadap prestasi Putri datang dari seluruh Indonesia. Inilah yang akan kita wujudkan sama-sama, yakni optimisme serta kegotongroyongan,” jelas Budi.

Senada dengan Budi, Pelatih Menembak Nunukan Hardi menegaskan bahwa selalu ada jalan selama ada perjuangan untuk meraih prestasi. Menurutnya, tak mungkin para Penembak di Nunukan akan berpangku tangan melihat seorang atlet harus mengkandaskan cita-citanya.

“Jika kita melihat bahwa seorang atleet tersebut mempunyai nilai plus saat latihan, pasti kita akan dampingi sampai ke arena. Ibaratnya gini, ketika si atleet hanya pejalan kaki sementara lomba yang dilaui mengharuskan dia menaiki kendaraan, ya kita akan usahakan agar si atlet itu mendapat kendaraan,” ungkapnya.

Hardi juga menduga bahwa anggapan masyarakat terhadap Cabor Menembak hanya untuk kalangan tertentu karena kurangnya informasi mengenai fakta dari olahraga menembak yang sebenarnya. Hardi menghawatirkan bahwa anggapan tersebut tak dipangkas, maka akan mempengaruhi bibit-bibit berbakat yang bercita-cita menjadi seorang atleet Menembak.

“Tidak tertutup kemungkinan, banyak bibit -bibit berprestasi di Nunukan ini yang tak bisa muncul karena adanya anggapan yang salah di tengah masyarakat. Dan untuk meluruskan anggapan salah ini, adalah tugas kita bersama terutama media” pungkas Hardi.

(eddy/ed)

Editor: M Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,050