MancanegaraTerbaru

Dana 2 Miliar Dolar Pertegas Kerjasama Militer Turki dan Rusia

NUSANTARANEWS.CO – Turki secara resmi membeli sistem pertahanan udara terpadu S-400 Rusia dengan biaya senilai 2 miliar dolar. Kesepakatan pembelian S-400 oleh Turki memang telah disepakati pada September lalu, di mana Recep Tayyib Erdogan mengumumkannya sendiri terkait kesepakatan tersebut, sekaligus melunasi uang mukanya.

Kini, proses akuisisi S-400 secara resmi telah ditetapkan, terutama soal kesepakatan harganya yang mencapai 2 miliar dolar. Rostec mengumumkan, kesepakatan dana besar tersebut telah deal, dan pengiriman akan dimulai dalam dua tahun. Kesepakatan ini sendiri disampaikan sendiri oleh Wakil Menteri Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir seperti dikutip The War Files.

Tak hanya itu, CEO Rostec Sergei Chemezov juga telah mengumumkan kesepakatan kedua negara terkait pembelian sistem pertahanan udara terpadu yang kini memang tengah menjadi primadona dalam industri persenjataan Rusia.

Dikatakan demikian karena S-400 ini diketahui banyak diminati sejumlah negara di antaranya China, India, Suriah, Iran, Irak dan terbaru Arab Saudi. Dan ini juga sekaligus menegaskan bahwa produk alutsista Rusia telah banyak diminati di seluruh dunia.

Baca Juga:  Tim SAR Temukan Titik Bangkai Pesawat Smart Aviation Yang Hilang Kontak di Nunukan

Dalam satu dekade terakhir, Rusia berhasil menjual produk alutsistanya ke lebih dari 60 negara dunia secara signifikan, menggeser Perancis, Jerman dan Inggris. Di samping itu, Rusia juga berusaha memperluas kerjasama internasional di bidang keamanan, militer dan teknis.

Cerita tentang kesuksesan produk alutsista Rusia yang laris manis di dunia ini menjadi kabar gembira negara tersebut di tengah situasi perekonomian global yang sedang lesu. Artinya, Memasuki abad 21, di tengah situasi batas yang penuh kegamangan sebagai transisi menuju zaman baru, Rusia telah tampil menjadi aktor utama dalam penjualan alutsista ke mancanegara.

Indonesia sendiri menjadi salah satu konsumennya yang ditandai dengan pembelian pesawat tempur Sukhoi-35, yang kabarnya dibeli sebanyak 11 unit.

Kebijakan Turki membeli alutsista dari Rusia oleh sebagian pihak dinilai keputusan yang cukup mengejutkan. Pasalnya, selama ini, di bawah komando NATO Turki harus menjadi konsumen alutsista produksi Perancis, Jerman dan Inggris. Namun, Erdogan tampaknya tak mau hanya bersandar pada produk alutsista dari ketiga negara tersebut, dan tiba-tiba tertarik membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Resmi Menang Pilpres 2024, Gus Fawait: Iklim Demokrasi Indonesia Sudah Dewasa

Dengan masuknya alutsista Rusia ke dalam sistem pertahanan Turki, jelas Rusia menginginkan agar Turki menjauh dari NATO, dan secara bertahap mengajak Turki untuk meningkatkan kerjasama strategis dalam bidang ekonomi dan energi yang lebih luas. Paling tidak, dengan langkah kuda ini Rusia telah menempatkan posisinya semakin kuat di kawasan regional.

Sementara, Turki dapat menggunakan pembelian alutsista tersebut sebagai alat transaksi dengan barat, paling tidak Turki dapat memainkan kartu Rusia dalam hubungannya dengan AS dan Uni Eropa guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan pertahanannya. Betapapun, sekarang langkah awal telah diambil untuk menguji kerjasama strategis antara Turki dan Rusia. Kerjasama strategis kedua negara ini bila diperluas dengan Iran jelas memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap perimbangan kekuatan regional dan global di tengah melemahnya Pax Americana.

Meningkatnya hubungan bilateral Turki dan Rusia tampaknya tidak terlalu menimbulkan reaksi yang berlebihan dari pihak barat. Beda cerita ketika Turki mencoba menjalin hubungan kerjasama militer dan ekonomi dengan China senilai US$ 3,4 miliar, Uni Eropa segera bereaksi membujuk Turki untuk membatalkan kerjasama tersebut

Baca Juga:  Rusia Menyambut Kesuksesan Luar Angkasa India yang Luar Biasa

Meski hubungan Turki dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat terus berlanjut, tapi terkesan dingin. Apalagi setelah operasi militer Turki terhadap para pendukung kelompok Gulen yang dituduh terlibat dalam kudeta militer gagal di negara itu dan operasi aparat keamanan Turki menumpas Partai Buruh Kurdistan (PKK) semakin memperburuk hubungan kedua pihak sehingga semakin mendekatkan Turki dan Rusia. (banyu/ed)

Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews

Related Posts

1 of 43