Berita UtamaOpini

AS dan Turki Sedang Mem-Balkanisasi Suriah Dengan Kekuatan Militer

NUSANTARANEWS.COAmerika Serikat (AS) dan Turki sedang membalkanisasi Suriah dengan kekuatan Militer. Seperti diketahui, perang tanpa henti dan intervensi militer yang terus dilakukan oleh AS dan sekutu-sekutunya sejak berakhirnya Perang Dingin (Cold War) pada tahun 1990an – bukannya mendorong tumbuhnya demokrasi tapi malah menimbulkan kekacauan, konflik bersenjata dan perang tanpa henti di mana-mana.

Sejak pembantaian rakyat Yugoslavia oleh NATO hingga pengusiran rakyat Libya dari tanah airnya oleh koalisi imperialis-teoris membuktikan bahwa gagasan dekokrasi dan hak azasi manusia yang didengungkan oleh AS selama ini hanya merupakan isapan jempol belaka. Yugoslavia hancur berkeping-keping yang kemudian populer dengan istilah “Balkanisasi’. Demikian pula Libya yang hari ini seakan menjadi negara tak bertuan yang dipenuhi oleh kamp-kamp teroris dunia yang paling aman.

Paling mutakhir adalah pendudukan wilayah Suriah oleh AS dan sekutunya yang jelas-jelas menunjukkan betapa hukum internasional kini hanya menjadi sebuah dongeng yang diceritakan berulang-ulang oleh para diplomat di PBB. Belum lagi serangan Israel yang membabi buta terhadap wilayah kedaulatan Suriah belakangan ini atas nama keamanan nasionalnya.

Baca Juga:  Ketua PWI Pamekasan Menyebut Wartawan Harus Memiliki 5 Sifat Kenabian

BACA JUGA: Perang Tak Kunjung Berhenti, ‘Balkanisasi’ Suriah Segera Dilakukan

Dunia internasional bungkam terkait serangan Israel dan kehadiran pasukan militer AS dan sekutunya di Suriah yang jelas-jelas ilegal dan merupakan ancaman nyata bagi keamanan dan stabilitas tidak hanya di Suriah tapi bagi seluruh Kawasan Timur Tengah. Adalah sebuah fiksi bila meyakini bahwa peningkatan kehadiran pasukan militer AS di Suriah, atau di tempat lain di Timur Tengah demi menjaga keamanan dan stabilitas.

Betapa tidak, bila anggaran militer AS yang besar untuk tahun 2019 digunakan untuk membiayai militan Kurdi dan ISIS. Misal US$ 300 juta digunakan untuk melatih dan mempersejatai Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dengan senjata canggih sebagai pasukan militan bersenjata proxy Washington di Suriah.

Syrian Democratic Forces (SDF) adalah milisi bersenjata bentukan AS yang mayoritas merupakan orang Kurdi. Didirikan pada bulan Oktober 2015, dengan tujuan mendirikan Suriah sekuler, demokratis dan federal di Suriah utara. Konstitusi Federasi Demokrasi Suriah Utara yang diperbaharui pada Desember 2016 menyebutkan bahwa SDF sebagai kekuatan pertahanan resminya.

Baca Juga:  Abu Hasan Siap Maju sebagai Calon Bupati Sumenep: Perjuangan dan Pengabdian untuk Kemajuan Daerah

BACA JUGA: Suriah, Cerminan Pengusiran Penduduk Pribumi Lewat Perang Saudara

Baru-baru ini AS juga membentuk Border Security Force (BSF) yang berada di bawah kendali SDF dengan anggaran US$ 250 juta – dengan kekuatan 30.000 personil milisi bersenjata yang mayoritasnya orang Kurdi juga.

Menariknya, setelah pembentukan BSF, Turki langsung menginvasi wilayah Suriah dengan alasan keamanan nasionalnya terancam oleh BSF yang melibatkan organisasi (teroris) Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang di Turki.

Sekali lagi dunia internasional bungkam dengan invasi Turki ke wilayah teritorial kedaulatan Suriah. Padahal Turki jelas-jelas menyerang pasukan bentukan AS tersebut dengan skala penuh dan persenjataan berat, termasuk serangan udara.

Langkah AS dan Turki sesama anggota NATO jelas sedang menjadikan Suriah sebagai medan pertempuran (battlefield). Dengan kata lain, aliansi AS, Israel dan Arab Saudi bersama Turki sedang membalkanisasi Suriah dengan kekuatan militer. Apapun alasannya, hukum internasional sudah tidak berlaku lagi di Suriah. Timur Tengah semakin membara. (Agus Setiawan)

Baca Juga:  Sering Dikeluhkan Masyarakat, Golkar Minta Tambahan Sekolah SMA Baru di Surabaya

BACA JUGA: Berebut Pipa Gas di Suriah

Related Posts

1 of 46