Ekonomi

Dampak Brexit, Perusahaan di London Mulai Merasa Terancam

NUSANTARANEWS.CO – Direktur Eksektufi Bursa Efek London, Xavier Rolet memperingatkan otoritas Inggris terkait Brexit bisa menimbulkan risiko terhadap sistem keuangan global. Jika pemerintah gagal membuat rencana yang jelas usai Brexit, kata Rolet, London akan kehilangan 10.000 lapangan pekerjaan.

Menurut Rolet, sejumlah perusahaan yang selama ini telah berdiri tegak di Ingris, tak menutup kemungkinan akan mengambil kebijakan hengkang belum adanya kepastian keberlanjutan Brexit. Sejumlah perusahaan jasa yang berjumlah ribuan di Inggris diprediksi akan pergi secara bergantian. Apalagi,  jumlah pekerja imigran di Inggris mencapai 1,2 juta orang yang kebanyakan berasal dari negara-negara Eropa Timur. Menurut data Reuters, pada 2014 sebanyak 853 ribu pekerja berasal dari Polandia, 175 ribu dari Rumania dan 155 ribu dari Lithuania.

Untuk itu, peran perdana menteri Inggris Theresa May sangat mendesak untuk menjalankan tugas perundingan dan langkah-langkah yang perlu diambil selanjutnya dalam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Baca Juga:  Bandara Internasional Dhoho Kediri Diresmikan, Khofifah: Pengungkit Kesejahteraan Masyarakat

Melansir Independent, Bursa Efek London seperti dilaporkan Financial Times memperkirakan lebih dari 200.000 pekerjaan di Britania dipertaruhkan jika May gagal membuat kesepakatan transisi pada pada akses pasar tunggal dengan Uni Eropa.

Chairman HSBC, Dauglas Flint mengatakan perlu kejelasan tentang negosiasi Brexit untuk mencegah perusahaan, termasuk perusahaannya, memutus hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan pekerjaan di London.

Kemudian, perusahaan-perusahaan di Kota London mulai khawatir dengan stabilitas di Inggris. Mereka juga takut kebijakan dari Brexit membuat Inggris benar-benar keluar secara total meninggalkan pasar Eropa. Sebab, para pemangku kebijakan menjual jasa mereka secara bebas di seluruh Uni Eropa serta bebas pula bagi perusahaan-perusahaan di seluruh Eropa masuk ke Britania, sementara perusahaan-perusahaan yang selama ini ikut andil mendukung keuangan dan perekonomian Inggris tersingkirkan begitu saja.

Kendati situasi investasi di Inggris tengah tak menentu, sejumlah perusahaan dilaporkan terus mendesak Inggris dan Uni Eropa untuk menyetujui kesepakatan transisi yang memuat aturan setidaknya hingga lima tahun ke depan guna membantu dan melindungi mereka dari efek Brexit.

Baca Juga:  Berpihak Industri Padat Karya SKT, Pekerja MPS Tuban Pilih Cagub Khofifah

Sebuah kelompok lintas partai di Inggris pada Desember lalu telah membuat sebuah langkan penawaran untuk menjadikan Brexit sebagai jembatan mencegah perusahaan keluar dari Britania.

Namun, kabar sedikit tak mengenakkan datang dari Theresa May sendiri. Pekan lalu, May mengatakan tidak ada jaminan untuk mempertahankan dari keanggotaan Uni Eropa pasca Brexit. Ia menegaskan, Inggris kini tengah berjalan menuju apa yang menjadi kehendak Brexit untuk membangun tatanan politik dan ekonomi baru di Inggris secara radikal. (Sego/ER)

Related Posts

1 of 3