Politik

Dahnil Sebut Saat Ini Bukan Waktunya Lagi Mengaku Paling Pancasila

Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak. (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)
Mantan juru bicara Badan Pemenngan Nasional (BPN) 02, Dahnil Anzar Simanjuntak Sebut Saat Ini Bukan Waktunya Lagi Deklarasi Mengaku Paling Pancasila. (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mantan juru bicara Badan Pemenngan Nasional (BPN) 02, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam twittnya yang diunggah pada 31 Juli 2019, menjelaskan, situasi bangsa saat ini pasca gelaran Pilpres 2019, sudah bukan lagi melakukan deklarasi mengaku merasa paling Pancasila.

Sebaliknya saat ini yang perlu dilakukan seluruh elemen masyarakat adalah membuktikan bahwa Pancasila merupakan prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara yang mampu menyatukan.

Membuktikan bahwa Pancasila mampu menghadirkan kesejahteraan, mencerdaskan generasi bangsa dan membawa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Saat ini bukan lagi saatnya deklarasi-deklarasian mengaku paling Pancasila. Saat ini adalah momentum membuktikan bahwa Pancasila adalah prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara yang menyatukan kita dan bisa menghadirkan kesejahteraan, kecerdasan, dan keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia,” tulis Dahnil Anzar Simanjuntak melalui akun twitternya @Dahnilanzar sebagaimana dikutip, Kamis (1/8/2019).

Sebagai informasi pasca mencuatnya isu khilafah dan pembubaran HTI beberapa tahun silam, fenomena baru bermunculan perihal gerakan politik identitas. Hal ini ditandai dengan sejumlah jargon ‘Saya Indonesia, Saya Pancasila.’

Baca Juga:  Gerindra Jatim Beber Nama-Nama Calon Kepala Daerah Yang Diusung

Sebelumnya pada 9 Juni 2017 silam, Komisioner Komnas HAM Hafid Abbas menjelaskan jargon ‘Saya Indonesia, Saya Pancasila’ yang dipopulerkan pemerintah dinilai rawan disalahgunakan. Ia berpendapat, jargon itu bisa menjadi alat suatu kelompok untuk menyerang kelompok lain.

Menurut Hafid Abbas, seharusnya, jargon yang dipopulerkan harus memuat kata ‘kita’ dan bukan ‘saya’.

“Jadi bukan Pancasila untuk saya dan NKRI untuk saya. Tapi Pancasila untuk kita dan NKRI untuk kita,” tutur Hafid.

Pewarta: Romandhon

Related Posts

1 of 3,088