Puisi Nur Ahmad Fauzi FM
Ilung*
terkapung-kapung saja aku meniti sungai hayat,
melewati dermaga demi dermaga yang mengangkut
berkoper-koper doa dan harapan ke kapal-kapal
yang menyalami riak asa dan kegelisahan.
tampak jua orang-orang berperangai turis dan perantau
yang menyimpan peta persinggahan dan tujuan perjalanan
begitu tekun merituskan gerak matahari dan bayang-
bayang pada catatan perjalanan kemarau dan hujan.
dengan mimpi dan asa orang-orang pun beranjak ke seberang,
–merangkai kisah sepanjang riak, menyemai kenangan di kampung halaman
sedang dengan angin dan arus aku selalu terkapung bimbang,
–tak tahu ke mana ‘kan pergi, tak tahu ke mana ’kan pulang
Banjarmasin, 16 April 2016
*) Bahasa Banjarnya tanaman enceng gondok
Ritual Jelaga
kepak sayap kelelawar
menggempakan langit malam
hingga gemintang yang terpajang
berguguran ke basah rerumputan
pecah menjadi genang cahaya.
pada langit jelaga
angin melipat kehampaan
angin melipat-lipat perih rembulan
menjadi kabut-kabut memar.
lalu dari gua-gua pengap
berdatangan roh-roh yang dosa
merangkak-rangkak menuju genang cahaya
untuk bersuci membasuh dahaga
usai menghirup luka semesta.
tapi angin terlanjur nyeri mendekap kehampaan
dalam perih, ditetaskannya badai bergemuruh
hingga sayap kelelawar pun runtuh
merinaikan jelaga.
dan roh-roh yang telah terbasuh
tertimpa kembali kehitaman yang penuh.
Banjarmasin, 16, 22 Maret & 2 April 2016
Bunga Bisa
bunga di atas batu
menguncupkan luka
pada dekapan badai
dari hujan airmatamu
daunnya ranggas
satu-persatu
mencatat bara
dalam nafasmu
kini masihkah
kau endus wanginya
sedang angin senja
terlanjur menabur tuba?
bunga di atas batu
mengecap pahit duka
kau petik sebagai duri-duri kata
: menjerat kupu-kupu dengan bisa bahasa!
Banjarmasin, 20 Agustus 2016
Dahaga
dari ludahmu sebatang dahaga menegak
meranggaskan daun-daun api matahari
seketika bunga-bunga berparas kuning kemarau
lalu sehampar pasir ingin menjelma genangan air
Banjarmasin, 31 Agustus 2015
Lampu Neon
neon itu tak berkedip menatapmu yang tidur di
ranjang mimpi. ia hanya ingin menjagamu dari
kegelapan yang sewaktu-waktu datang dari luar
kamar ketika kau tidur, meski dalam tidur kau
tak pernah menjumpai cahayanya berpendar
menerangi kamarmu.
sungguh, ia hanya ingin menerangi kamarmu
bahkan ketika kau pun tak peduli jika gelap
datang menggedor-gedor pintu kamarmu
memaksa masuk ketika malam turun, ketika kau tidur.
sungguh!
Banjarmasin, 7 Oktober 2015
Kura-kura
kura-kura mengantuk usai melahap arloji
kura-kura tertidur dan hidup dalam mimpi
tak acuh pada bulan-matahari yang menyapa di atas batu
kura-kura adalah kau-aku yang melelapkan hati dalam tempurung waktu
Banjarmasin, 19 Februari 2016
Nur Ahmad Fauzi FM (nama pena dari Ahmad Fauzi), lahir di Banjarmasin, 28 Juni 1999. Saat ini tengah bersekolah di SMA Negeri 1 Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dapat dihubungi via facebook: Ahmad Fauzy Mwam Falilv.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]