Berita UtamaKhazanahLintas NusaTerbaru

Cucu Sultan Aceh Murka Situs Makam Guru Para Raja dan Ulama Kesultanan Aceh Muallim Hasan di Peulanggahan Dibongkar!

Cucu Sultan Aceh murka situs makam Guru Para Raja dan Ulama Kesultanan Aceh Muallim Hasan di Peulanggahan dibongkar!
Cucu Sultan Aceh murka situs makam Guru Para Raja dan Ulama Kesultanan Aceh Muallim Hasan di Peulanggahan dibongkar!

NUSANTARANEWS.CO, Banda Aceh – Cucu Sultan Aceh yang juga Pemimpin Darud Donya Cut Putri, atau lebih dikenal dengan nama Tuan Putri Aceh Darussalam, mengecam keras adanya penghancuran situs sejarah kompleks makam Ulama Muallim Hasan yang terletak di Gampong Peulanggahan Bandar Aceh Darussalam.

Kompleks Makam Muallim Hasan terjaga sejak era Kesultanan Aceh Darussalam, dan telah banyak peneliti dari berbagai negara yang datang meneliti di makam. Namun sekarang kompleks makam tersebut tega dimusnahkan. Pemusnahan makam juga dilakukan diam-diam dengan cara sembunyi-sembunyi.

Muallim Hasan adalah ulama era Kesultanan Aceh Darussalam yang bersemayam damai di  Peulanggahan. Dalam sejarah, Sultan  Iskandar Muda kerap singgah dan berkunjung di kawasan Peulanggahan. Muallim Hasan adalah ulama besar pada zamannya, guru para raja dan ulama, ini terlihat dari inkripsi nisan yang menuliskan Izzudi Daim (kemuliaan yang abadi), yang dituliskan berulang-ulang.

Baca Juga:  Relawan Lintas Profesi Se-Tapal Kuda Deklarasi Dukung Khofifah di Pilgub Jatim

Penelitian Ludvik Kalus dan Claude Guillot dalam buku De Vink menuliskan tentang isi kaligrafi yang terpahat di nisan. Pada batu nisan terdapat syair dalam bahasa Arab yang artinya berbunyi:

“Bukankah dunia rendah ini seperti rumah bagi pengembara, ia menetap di sana pada sore hari dan pergi pada pagi hari, Bukankah segala sesuatu kecuali Tuhan sia-sia, Dan semua kesenangan dunia selalu bersifat sementara,  Yang kekal hanyalah surga Firdaus, di mana kesenangan kehidupan bertahan abadi”

Gampong Peulanggahan pada zaman Kesultanan adalah tempat Zawiyah, tempat para ulama besar mengajar, termasuk Muallim Hasan, Teungku Di Anjong, dan lain-lain. Ini menandakan pentingnya kawasan Peulanggahan sejak era kesultanan. Peulanggahan adalah termasuk kawasan Gampong Sultan.

Pada zaman Kesultanan Aceh kawasan Gampong Pande, Gampong Jawa, Gampong Peulanggahan, Gampong Keudah, dan Merduati adalah merupakan Gampong Sultan, atau dikenal sebagai Gampong Ahlul Beit Poteu Sultan, yang diperintah langsung dibawah Sultan Aceh. Maka Tuan Putri Aceh Darussalam meminta agar nisan dikembalikan ke tempat semula. Karena Laknat Allah atas orang yang menggangu makam para Ulama dan Aulia.

Baca Juga:  Dukung Di Munas Golkar 2024, Satkar Ulama Jawa Timur Beber Dukungan Untuk Airlangga

Tuan Putri Aceh Darussalam yang merupakan cucu Sultan Jauharul Alamsyah Johan Berdaulat Zilullah Fil Alam mengaku amat marah nisan Guru Para Raja dan Ulama Muallim Hasan dibongkar.  Muallim Hasan masih kerabat kerajaan, dan Tuan Putri Aceh Darussalam amat marah makam nenek moyang pahlawan Bangsa Aceh dihancurkan tanpa kehormatan.

Pemindahan nisan dan makam sebelumnya juga telah terjadi. Termasuk yang terjadi beberapa waktu lalu, yang dilakukan oleh seorang oknum kolektor manuskrip Aceh, yang telah memindahkan nisan makam keluarga raja Aceh dan ulama Lamuri di kawasan Banda Aceh. Padahal kolektor manuskrip itu tahu sejarah, namun tetap memindahkan nisan raja dan ulama dari tempatnya.

Penghancuran makam raja dan ulama era Kesultanan Aceh Darussalam bertentangan dengan Hukum Agama. MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama) Aceh telah mengeluarkan fatwa haramnya pemusnahan dan pelecehan situs sejarah Islam. Penghancuran situs sejarah juga bertentangan dengan Undang-Undang dan adat istiadat Aceh, serta bertentangan dengan hukum internasional tentang perlindungan terhadap situs sejarah, makam dan orang yang telah tiada.

Baca Juga:  Tradisi Resik Makam: Masyarakat Sumenep Jaga Kebersihan dan Hikmah Spiritual Menyambut Ramadan

Darud Donya mengecam keras pengabaian pemerintah di Aceh terhadap kewajiban pemerintah untuk menjaga, memelihara dan melestarikan situs sejarah. Dana Aceh banyak sekali tapi hampir tak ada perhatian terhadap perlindungan situs sejarah. Bahkan terkesan sengaja mendiamkan dan membiarkan saja pemusnahan situs. Malah pemerintah sendiri yang memusnahkan situs sejarah Islam di Aceh, sedangkan situs sejarah Kaphe dirawat dengan baik.

Darud Donya meminta pemerintah di Aceh berhenti pura-pura tidak tahu, dengan dalih kurang dana untuk pelestarian situs sejarah Islam.

Darud Donya mengingatkan rakyat Aceh bahwa penghancuran situs sejarah Aceh akan menghancurkan sejarah Islam yang agung.

“Rakyat Aceh harus bersatu melawan orang jahat antek-antek kaphe yang mengaku orang Aceh, yang ingin memusnahkan bukti kegemilangan sejarah Islam Aceh Darussalam dengan menghancurkan makam para Raja dan Ulama,” seru Pemimpin Darud Donya Aceh Darussalam. (MG)

Kontributor/Penulis: Mawardi Usman

Related Posts

1 of 13