Ekonomi

Cina Gelontorkan 210 Juta Dollar ke Mesir untuk Proyek EBT

NUSANTARANEWS.CO – Dilansir dari CNBC pada 5 September 2017, Cina melalui Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) telah mengumumkan jumlah pinjaman utang kepada Mesir untuk proyek Energi Baru Terbarukan (EBT). Dalam rilisnya, AIIB menggelontorkan investasi dana hutang kepada Mesir sebesar 210 juta dollar.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (5/9/2017), Wakil Presiden dan Kepala Investasi AIIB, D.J. Pandianyang berpusat di Beijing, mengatakan bahwa mega proyek tersebut rencananya terdiri dari 11 pembangkit tenaga surya. Diantaranya dengan kapasitas “agregat” sebesar 490 megawatt.

Tujuannya, kata Pandian untuk memenuhi hasil dari Perjanian Paris (Paris Climate Agreement). Dimana isinya untuk mendorong mengurangi dampak emisi gas dengan mengedepankan energi ramah lingkungan berupa EBT.

“Berinvestasi dalam energi bersih dan terbarukan merupakan bagian besar dari strategi kami untuk mempromosikan masa depan yang berkelanjutan dan rendah karbon untuk Asia,” ujar Pandian.

“Kami mendukung proyek ini karena berkontribusi pada kapasitas energi terbarukan Mesir, dan ini akan membantu posisi negara ini sebagai pusat energi regional, yang akan memiliki manfaat ekonomi bagi seluruh wilayah,” sambung dia.

Baca Juga:  Bangun Tol Kediri-Tulungagung, Inilah Cara Pemerintah Sokong Ekonomi Jawa Timur

Sebagaimana diketahui, Cina kini memang tengah gencar meminjamkan dana hutangan ke beberapa negara di kawasan Timur Tengah, menyusul ambisi Cina untuk mensukseskan program one beld one road mereka sebagai agenda menguasai ekonomi global.

Sementara itu, mengenai pemanfaatan pemaksimalan EBT di Mesir kata AIIB menjelaskan bahwa pembangkit tenaga surya akan mampu membantu mengurangi emisi gas, setidaknya sebanyak setengah juta ton CO2 pertahun jika maksimal.

Disaat AIIB gencar memberikan sokongan dana ke Mesir untuk perbaikan kualitas energi bersih disana, sebaliknya Cina sendiri sebagai pusat AIIB justru menjadi negara penyumbang karbondioksida terbanyak di dunia dengan jumlah sebesar 24%.

Sementara negara lain, yang juga banyak nomer dua adalah Amerika Serikat (12 %), disusul Uni Eropa (9 %), India (6 %), Brazil (6 %), Rusia (5 %), Jepang (3 %), Kanada (2 %), Kongo dan Indonesia masing-masing (1,5 %).

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 41