MancanegaraTerbaru

China Kirim Pasukan Khusus ke Suriah, Perang Bakal Kembali Berkecamuk

NUSANTARANEWS.CO – China mulai mengimplementasikan kebijakan baru yang telah dirintis sejak 2016 di kawasan Timur Tengah. Seperti diketahui, pada 2015 China telah merancang kunjungan ke Timur Tengah tetapi gagal mengingat eskalasi perang antara koalisi Sunni dan Syiah terus bergejolak tanpa henti, bahkan sampai hari ini.

Namun, China kemudian mendapatkan momentumnya pada tahun 2016 untuk mulai merintis jalannya masuk ke kawasan Timur Tengah yang ditandai dengan lawatan Presiden Xi Jingping ke Arab Saudi dan Iran dimulai dari tanggal 19-23 Januari 2016. Xi ternyata mengambil langkah aman dengan mengunjungi sekaligus dua negara Timur Tengah yang terus berseteru.

Dengan kata lain, alasan Xi mengunjungi Arab Saudi dan Iran adalah guna menghindari citra China di mata kedua negara. Jika ke Arab Saudi saja, ada potensi kecurigaan Iran bahwa China mendukung Saudi. Begitu pula sebaliknya.

Baca Juga:  Ketua IPNU Pragaan Mengkaji Fungsi Chat GPT: Jangan Sampai Masyarakat Pecah Karena Informasi Negatif

Kunjungan Xi ke Timur Tengah pada 2016 adalah langkah jitu. Pasalnya, waktu itu Amerika Serikat tengah fokus mengalihkan kebijakan luar negerinya ke kawasan Asia Pasifik. Dan pada saat bersamaan, Amerika Serikat telah menebarkan proxy war di Timur Tengah menggunakan bendera Arab Spring tanpa melakukan kontrol yang belakangan membuat stabilitas keamanan Timur Tengah berada pada titik emergensi.

Peluang itu dimanfaatkan China untuk mulai menjenguk Timur Tengah. Dengan kebijakan baru ini, jelas telah terjadi perubahan besar dalam kebijakan politik luar negeri China. Bahwa tirai bambu telah dibuka. Pemerintah China, ibarat seorang gadis mulai bersolek dan berinteraksi lebih dekat dengan dunia Arab, bahkan mulai bergaul dengan erat. Bujuk rayu dan saling janji pun mulai terjalin mesra dengan para pemimpin Arab. Jalinan kerjasama perang melawan aksi teror pun mulai dihelat, termasuk tukar-menukar informasi intelijen dan kerjasama teknis di lapangan.

Laporan terbaru menyebutkan, China sudah mengerahkan dua divisi pasukan khusus ke Suriah untuk misi memerangi Islamic East Turkestan Movement, sebuah kelompok teroris China yang sebagian besar terdiri dari separatis Uighur. Divisi pasukan khusus China ini bernama Tigers of Siberia dan Night Tigers. Mereka akan bergabung dengan Angkatan Darat Suriah dalam operasi memerangi kelompok tersebut.

Baca Juga:  Ar-Raudah sebagai Mercusuar TB Simatupang

Disebutkan, Islamic East Turkestan Movement memiliki lebih dari 2.500 anggota dan berada di Suriah. Kelompok ini dituduh China telah bergabung dengan kelompok militan lainnya, termasuk ISIS dan ISIL. Namun begitu, China menolak untuk dikatakan ikut campur konflik di Suriah. Hanya, pengiriman pasukan khusus China ini semata-mata untuk memerangi jaringan kelompok Islamic East Turkestan Movement.

Artinya, kebijakan Arab Paper yang telah dirilis China pada 2016 lalu dimulai. Salah satu isi dari dokumen tersebut ialah mendukung pemerintahan Suriah menyudahi konflik dengan memburu kelompok militan.

Namun, yang menarik adalah kembalinya Amerika Serikat mengaktifkan kebijakan luar negerinya di kawasan Timur Tengah, termasuk mengirimkan pasukannya dan bersikap keras terhadap Iran sejak kendali kepemimpinan AS di bawah komando Presiden Donald Trump. Tentara AS juga diketahui masih terlibat aktif di Suriah. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 40