Puisi Nasruddin Anshoriy Ch
CERMIN RETAK PUASA
Di antara fitnah dan dusta, kujalani puasaku
Sambil santap sahur pagi ini
Kunyalakan layar kaca dengan gegap gempita acara
Aku mencium darah dan daging saudaraku sendiri yang dicincang dan digoreng begitu rupa
Kuliner macam apakah ini?
Di antara sampah dan kotoran, kujalani puasaku
Sembari menunggu bedug maghrib tanda berbuka
Kusimak dengan seksama tilpon pintar di tanganku
Air bah fitnah dan banjir kata-kata menggelontor di bola mata
Aku merasakan bau busuk comberan pada mangkuk negeriku
Tempat imsak dan adzan maghrib bergema
Lapar dan dahagaku hanyalah lipstik belaka
Lapar dan dahagaku cuma hantu Blau adanya
Inikah zaman millenial yang penuh prahara itu?
Ketika mazhab hedonis disembah
Dan kapitalisme menjelma Sang Maha Kuasa?
Tuhanku,
Ilhamkan padaku takbir kepompong di bulan merindu ini
Agar rakaat sholatku tak bersimbah syahwat
Agar sujud terakhirku bukan nafsu berkarat
Gus Nas Jogja, 11 2018
HM Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional.
Baca juga:
- Pulang dari Parangtritis
- Berguru pada Ki Hadjar Dewantara
- Potret Diri
- Panca Dharma
- Kupetik Istighfar
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]