Cermin Itu Meretakkan Dirinya Setelah Mendengar Kesahku
Kemudian air mata berlalu
Entah kemana.
Frasa, 27 Agustus 2019.
Mungkin
Kita sepakat
Mengutuhkan empat mata
Di jumpa kedua
Memecah sepi
Di masing-masing hati
Sementara yang resah
Mencoba pasrah
Padanya
Ingin kupinta rasamu
Untukku
Annuqayah, 21 Agustus 2019
Segelas Kopi Kenangan
Bagaimana tidak,
Kopi hitam pekat itu
Adalah bola matamu yang teduh
Gelombang di dasarnya
Sesekali aku hitung
Tetes menetes tangismu
Di tepian gelas menggigil
Tanpa henti
Lagi
Aku belajar menafsir sunyi
Dan senyum yang kian lusuh
Seketika mengantarku ke titik paling rapuh
Kopi telah dingin
;jalanku, jalanmu
Kau tetapkan berlalu
Tak searah dan sewaktu.
Perpustakaan, 30 Juli 2019
Tentang Cahaya
segala resah biarlah mengawan
kesedihan kuhirup bak melati setaman
teranglah pada cahaya
sedang diriku sekadar bayang
barangkali, begitu langit terpejam
penyayangmu segera sadar
yang cemas sementara itu
peluklah seumpama ibu
sebab cahayamu pengikat paling arif
setelah kepulangan rindu
namun kemarilah
sebelum ia merenggutmu
pastikan bayangmu tak lagi ragu
Annuqayah, 22 Juli 2019
Rinduku, Engkau
Segera
Aku mengemas rindu paling utuh
Juga senyum yang tak kubiarkan lusuh
Ku endapkan dalam hati paling rapuh
Adalah ia
Terbit di setiap do’a
Ranum pada malam-malam berbunga
Sementara
Semerbak aromanya masih di seberang sana
Debar ini, Dev
Bukti paling sepi
Setelah rinduku benar sunyi.
Annuqayah, 02 September 2019
Penulis: Ulfade, lahir di sumenep dengan nama Maria ulfa, 19 september 2001, santri PP.Annuqayah Lubangsa Putri, merupakan mahasiswi Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA). Aktif di Kompas PASRA, PMII angkatan GARUDA, LPM Dinamika, dan sedang belajar di lembaga kepenulisan (FRASA). Bisa di temui di [email protected] dan Ulfade (Facebook).