Berita UtamaRubrikaTerbaru

Cegah Stunting, Ini Pentingnya Memonitor Perkembangan Anak

Cegah stunting, ini pentingnya memonitor perkembangan anak/Foto: klikdokter.com
Cegah stunting, ini pentingnya memonitor perkembangan anak/Foto: klikdokter.com

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi salah satu tugas orangtua. Pasalnya, gangguan yang terjadi pada masa tumbuh kembang anak yang tidak terdeteksi dapat berimbas jangka panjang dan menurunkan kualitas hidup sang anak.

Inilah mengapa para orangtua harus benar-benar memperhatikan tumbuh kembang anak. Saat ini, banyak sekali cara yang dapat memudahkan Anda untuk memonitor pertumbuhan anak. Salah satunya dengan cek pertumbuhan anak secara online.

Tak hanya memonitor secara online, Anda juga bisa langsung mengkonsultasikan tumbuh kembang anak dengan tanya dokter online. Kemudahan ini diharapkan bisa membuat para orangtua lebih memperhatikan lagi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut betapa pentingnya memonitor perkembangan anak, terutama dalam mencegah stunting. Simak selengkapnya berikut ini.

Pentingnya memonitor perkembangan anak

Memonitor perkembangan anak menjadi hal yang sangat penting dan krusial bagi para orangtua. Tentunya hal ini dilakukan agar anak terbebas dari kekurangan gizi dan mencegah stunting.

Orangtua bahkan perlu memperhatikan asupan gizi anak sejak berada di dalam kandungan. Setelah melahirkan pun, Anda juga harus memperhatikan tumbuh kembang anak dengan sangat teliti agar mencegah efek jangka panjang dari stunting.

Stunting di Indonesia

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan pada tahun 2021, dikatakan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia yaitu sebesar 24,4% pada tahun tersebut. Angka ini menurun sebanyak 6,4% jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai angka 30,8%.

Meskipun begitu, bukan berarti permasalahan stunting di Indonesia bisa diabaikan. Hal ini dikarenakan menurut Survei Kementerian Kesehatan, 33,5% wanita pada usia subur (15-49 tahun) memiliki risiko kurang energi kronik dan 37,1% mengalami anemia.

Baca Juga:  Tak Beretika, Oknum Polisi Polda Metro Jaya Masuk Kamar Ketum PPWI Tanpa Izin

Kurangnya energi kronik dan anemia pada wanita dalam usia subur, diperkirakan dapat menyebabkan besarnya risiko anak yang dilahirkan terkena stunting. Tentunya pemerintah sedang berusaha untuk memberikan program-program yang dapat membantu untuk mencegah stunting di Indonesia ini.

Apa itu stunting?

Dengan fenomena tersebut, apa sebenarnya stunting?

Stunting merupakan kondisi di mana tinggi badan anak tidak sesuai dengan standar pertumbuhan anak seusianya. Singkatnya, anak memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak-anak seusianya. Namun, bukan berarti anak bertubuh pendek pasti mengalami stunting, ya.

Tubuh yang pendek bisa menjadi salah satu indikasi bahwa anak mengalami masalah gizi kronis pada pertumbuhannya. Anak dikatakan stunting apabila tinggi badannya menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD). Anda perlu memperhatikan hal ini, terutama apabila ini terjadi di bawah usia 2 tahun.

Bila dibiarkan begitu saja, kondisi ini akan memberikan dampak jangka panjang kepada anak. Bukan hanya berpengaruh terhadap pertumbuhannya, namun juga akan berdampak pada daya tahan tubuh dan perkembangan otak anak.

Penyebab stunting pada anak

Stunting dapat disebabkan mulai dari kandungan hingga berusia 2 tahun. Hal ini karena masa penting dalam pertumbuhan anak dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupan termasuk sejak dalam kandungan.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai penyebab stunting pada anak:

  • Masa kehamilan

Tidak tercukupinya gizi atau nutrisi selama hamil dapat meningkatkan peluang anak akan mengalami stunting. Hal ini dibuktikan dari pernyataan WHO yang menyatakan bahwa 20% kondisi stunting terjadi saat berada dalam kandungan.

Baca Juga:  Jelang Debat Perdana Pilbup Jember, Cabup Gus Fawait Pilih Kumpul Keluarga

Saat ibu hamil tidak mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisinya, pertumbuhan janin akan mulai terhambat bahkan dapat berlanjut setelah kelahiran.

  • Masa pertumbuhan anak

Setelah melahirkan, anak tetap harus mendapatkan gizi serta nutrisi yang baik dari orangtua. Misalnya dengan pemberian ASI ekslusif hingga MPASI yang berkualitas.

Anak pada usia balita harus mendapatkan asupan gizi yang cukup terutama dari makanan yang mengandung banyak protein, zinc, dan zat besi. Saat kebutuhan akan nutrisinya tidak terpenuhi, besar kemungkinan anak akan mengalami stunting.

Selain daripada kedua faktor tersebut, tentunya ada faktor lain yang mungkin dapat membuat anak menderita stunting. Contohnya adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi baik saat sebelum dan saat hamil, dan setelah melahirkan.

Terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab anak mengalami stunting. Padahal pelayanan kesehatan saat hamil dan sesudah melahirkan sangat dibutuhkan untuk memastikan ibu dan anak mendapatkan gizi dan nutrisi yang cukup.

Selanjutnya, susahnya akses air bersih, sanitasi, dan makanan bergizi juga turut menjadi faktor. Biasanya, orangtua kesulitan untuk memberikan gizi serta nutrisi yang cukup untuk anaknya karena harga-harga makanan bergizi yang tergolong mahal.

Ciri-ciri stunting yang patut diperhatikan oleh orang tua

Seperti yang dikatakan sebelumnya, bertubuh pendek tidak selalu berarti anak tersebut mengalami stunting. Namun, memang ciri umum yang mudah dikenali adalah tinggi badan yang tidak sesuai dengan tinggi standar anak seusianya.

Baca Juga:  KPU Nunukan Buka Pendaftaran KPPS Pilkada 2024

Nah, berikut ini ada beberapa ciri lain dari kondisi stunting yang bisa diperhatikan dalam tumbuh kembang anak Anda:

  • Melami pertumbuhan gigi yang terlambat
  • Kemampuan fokus dan memori belajarnya tidak baik
  • Pertumbuhannya melambat
  • Pada usia 8 hingga 10 tahun, anak cenderung lebih pendiam
  • Berat badan balita tidak naik, bahkan mengalami penurunan
  • Telat menstruasi pertama pada anak perempuan
  • Mudah terserang penyakit dan infeksi
  • Wajah tampak lebih muda jika dibandingkan dengan anak seusianya

Dampak stunting pada anak

Kondisi stunting yang dialami oleh anak merupakan hal serius yang harus diperhatikan oleh para orangtua atau bahkan para pasangan yang sedang berencana untuk memiliki anak. Pasalnya, stunting tidak hanya dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak sampai usianya 2 tahun, namun hingga anak tumbuh menjadi remaja.

Berikut beberapa dampak yang bisa ditimbulkan jika anak mengalami stunting:

  • Dampak jangka pendek

○ Anak akan mengalami gangguan dalam perkembangan otak

○ Perkembangan kecerdasannya pun ikut terhambat

○ Adanya gangguan dalam perkembangan fisik

○ Lemahnya metabolisme anak

  • Dampak jangka panjang

○ Mudah terserang penyakit

○ Mengalami kesulitan belajar

○ Terjadi penurunan kemampuan perkembangan kognitid pada otak anak

○ Penyakit jantung

○ Risiko alami penyakit metabolik, seperti kegemukan

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa memonitor pekembangan anak sangat lah penting bagi orang tua. Bahkan harus dilakukan sejak anak berada di dalam kandungan. Setelah anak lahir dan menjalani tahapan tumbuh kembang anak, Anda bisa memonitor perkembangannya dengan mudah secara online. Anda bahkan bisa berkonsultasi bersama dokter anak dengan sangat mudah melalui website-website kesehatan yang menyediakan jasa konsultasi secara online. (Red)

Related Posts

1 of 10