Budaya / SeniPuisi

Cara Terbaik Menikmati Hujan – Puisi Imam Budiman

Hujan, Payung dan tiga pejalan kaki. Foto: Dok. Pinterest. (Three Red Umbrellas - Palette Knife Oil Painting On Canvas By Leonid Afremov)
Hujan, Payung dan tiga pejalan kaki. Foto: Dok. Pinterest. (Three Red Umbrellas – Palette Knife Oil Painting On Canvas By Leonid Afremov)

Silsilah Penantian

kularung sisa rindu pada segaris purba
yang mengukir setengah awal silsilah
segera kuhampar sejadah dari namamu;
wudhu ini bukan lagi pertanda
ada kau yang merenung, sebelum pergi
dan mendedah dari balik jendela
ingin kuhafal lagi, lagu-lagu tentang batu kali
dan anak-anak kampung

: tidak untuk merajam penantian

Ciputat, 2015

Cara Terbaik Menikmati Hujan

“Kau tahu bagaimana cara terbaik menikmati hujan?”
tanyamu suatu ketika, aku bisu, kau semakin ingin tahu

“Kau tahu bagaimana cara terbaik melukis purnama?”
lagi, tanyamu suatu hari, aku tergugu, kau semakin keras kepala

jika apa pun selayak bunga rampai dengan sisa wangi kembara
maka sudah berapa banyak cinta kita yang lupa tersebutkan?

Ciputat, 2015

Pada Suatu Diskusi Imaji

almanak pagi tersungkur pada tungku api sedepa-cela. sesederhana permainan para bocah yang terkadang dibawakan dengan rumit. udara mulai memburai pecah, coba mendiskusikan perihal rasa. perasaan, tepatnya, bantahmu. rasa dan perasaan adalah dua hal yang terlewat berbeda seluk pangkalnya. diskusi adalah kata yang terlalu serius, seperti angin tirus, tiada bertangkai pada akal belukar yang dangkal.
aku menawarkan, tentu bukan menjadikan tawar teh yang diseduh tanpa sari tebu, melainkan bagaimana jika kata diskusi, dirubah saja menjadi rubah, eh bukan, bagaimana jika kata diskusi diganti menjadi sebuah perbincangan ringan sembari berhaha-hihi. dan kau sepakat.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

kilat senyum itu cahaya, memandangi berlama-lama. wajahmu tengadah. sudah empat purnama kekanak hujan tak bercurah.

Ciputat, 2015

Imam Budiman
Imam Budiman

*Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Puisi-puisinya dimuat di media lokal/nasional. Kini aktif di Komunitas Kajian Sastra Rusabesi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku puisi tunggalnya; Perjalanan Seribu Warna (2014) & Kampung Halaman (2016).

_________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124