Politik

Cara Lembaga Survei Memanipulasi Responden Terungkap

Lembaga Survei Nasional Dinilai Ramai-ramai Seret Jokowi Bernasib Seperti Ahok
Ilustrasi survei. (Foto: Net/Ist)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ada dugaan sejumlah lembaga survei memanipulasi responden dalam kegiatan survei elektabilitas calon presiden 2019. Lembaga survei dan jajak pendapat nyaris semuanya mengunggulkan Jokowi sebagai pemenang Pilpres 2019. Sehingga muncul opini publik bahwa lembaga-lembaga survei itu bekerja untuk Jokowi guna menggiring opini publik. Di sini, kredibilitas lembaga-lembaga survei di tanah air mulai dipertanyakan.

Direktur Eksekutif Indonesia Developmentan Monitoring (IDM), Bin Firman Tresnadi turut mengkritisi hasil survei sejumlah lembaga survei tanah air. Dia mengungkapkan, lembaga survei bertemu Jokowi di Istana Negara terlebih dahulu sebelum melakukan survei. Terkesan mereka membuat semacam kesepakatan terlebih dahulu sebelum kemudian mensurvei elektablitas calon presiden.

Baca juga: Lembaga Survei Nasional Dinilai Ramai-ramai Seret Jokowi Bernasib Seperti Ahok

Baca juga: Nasib Jokowi di Pilpres 2019 Diprediksi Senasib dengan Hillary Clinton

“Banyak jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei seperti LSI, Indo Barometer dan lain-lain yang bos-bosnya pada ketemu Joko Widodo di Istana sebelum pencalon presiden, di mana survei yang dilakukan tingkat kecamatan, kelurahan dan desa salah, atau tidak menyesuaikan bobot mereka untuk mengoreksi keterwakilan dari responden yang berlebihan dalam survei mereka. Dan hasilnya adalah terlalu tinggi perkiraan dukungan untuk Joko Widodo-Ma’ruf Amin,” katanya, Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Baca Juga:  Sumbang Ternak Untuk Modal, Komunitas Pedagang Sapi dan Kambing Dukung Gus Fawait Maju Pilkada Jember

Menurutnya, besar kemungkinan beberapa responden yang jadi pemilih yang berpartisipasi dalam jajak pendapat atau survei pra-pemilihan tidak mengungkapkan diri mereka sebagai pemilih Prabowo-Sandi sampai setelah pemilihan, dan mereka kalah jumlah oleh pemilih mengungkapkan memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

“Investigasi kami ini dapat dikaitkan dengan keterlambatan responden dalam memutuskan atau salah dalam menentukan pilihan akibat responden banyak bingung dengan pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner survei yang sifatnya menggiring untuk memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin,” katanya.

Baca juga: Peneliti LIPI: Lembaga Survei Masih Banyak Memiliki Persoalan

Baca juga: API: Lembaga Survei Telah Menggali Kuburan Sendiri

Bin Firman menerangkan, ketidakakuratan hasil survei lembaga-lembaga survei dalam melakukan survei jajak pendapat jelang Pilpres 2019 juga akibat proses pengumpulan data merupakan proses yang paling berat. Kata dia, petugas pengumpul data harus pandai-pandai merayu responden sehingga responden bisa memberikan jawaban yang benar.

“Jawaban yang benar dari responden merupakan target utama para pengumpul data di lapangan karena akan menentukan hasil keakuratan sebuah survei,” ungkapnya.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menang Telak di Jawa Timur, Gus Fawait: Partisipasi Milenial di Pemilu Melonjak

Kedua, kata Bin FIrman, demografi responden yang digunakan oleh lembaga-lembaga survei tidak valid karena didasarkan pada demografi penduduk Indonesia hasil sensus penduduk nasional tahun 2010. Jadi, sudah hampir 9 tahun tidak ada sensus penduduk nasional dan baru akan ada sensus penduduk secara nasional tahun 2020 mendatang.

Sehingga, lanjut dia, sebaran demografi respoden yang digunakan lembaga-lembaga survei opini publik berdasarkan agama, pendidikan, suku, umur dan jenis pekerjaan sudah tidak bisa lagi mewakili penduduk Indonesia yang punya hak pilih.

Baca juga: Mantan Politisi: Lembaga Survei Menjadi Pihak yang Kalah dalam Pilkada Serentak 2018

Baca juga: Survei Abal-abal Menjamur Menjelang Pilpres 2019

“Tidak berbanding lurus antara hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei dengan polling-polling yang dilakukan oleh masyarakat dengan mengunakan media sosial, di mana pada survei jajak pendapat lembaga-lembaga survei yang berbayar hasilnya Joko Widodo-Ma’ruf Amin selalu unggul sementara di polling-polling masyarakat di media sosial Joko Widodo-Ma’ruf Amin tidak ada yang menang atau kalah telak selalu dari Prabowo-Sandiaga,” paparnya.

Baca Juga:  Pleno Perolehan Suara Caleg DPRD Kabupaten Nunukan, Ini Nama Yang Lolos Menempati Kursi Dewan

“Jadi kita lihat nanti pada tanggal 17 April 2019 nasib lembaga-lembaga survei opini publik berbasis berbayar akan senasib dengan lembaga-lembaga survei di Amerika Serikat yang tergabung di dalam American Association for Public Opinion Research (AAPOR) yang melakukan pre president election polling 2016,” lanjut dia.

(eda/edd)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,056