EkonomiMancanegara

Bolivia Memiliki Cadangan Lithium Terbesar Kedua di Dunia

Bolivia Memiliki Cadangan Lithium Terbesar Kedua di Dunia
Bolivia Memiliki Cadangan Lithium Terbesar Kedua di Dunia. Tumpukan garam di Salar de Uyuni, Bolivia, flat garam terbesar di dunia, dapat membentuk masa depan bahan bakar. Di bawah garam terdapat solusi air garam yang mengandung sekitar setengah cadangan lithium dunia, atau cukup untuk membuat baterai untuk lebih dari 4,8 miliar mobil listrik./Foto:dogonews.com

NUSANTARANEWS.CO – Bolivia memiliki cadangan lithium terbesar kedua di dunia. Bloomberg News tahun lalu melaporkan bahwa negeri pegunungan Andes ini memiliki cadangan 9 juta ton lithium yang belum pernah ditambang secara resmi. Amerika Serikat (AS) yang sangat bernafsu untuk menguasai cadangan lithium Bolivia tampaknya harus gigit jari setelah pemerintah Bolivia memilih Xinjiang TBEA Group Co Ltd, sebuah konsorsium Cina untuk mengerjakan proyek-proyek tambang litiumnya.

Reuters melaporkan pada awal tahun bahwa Xinjiang TBEA Group Co Ltd China akan memegang 49 persen saham dalam usaha patungan dengan perusahaan lithium negara Bolivia YLB (Yacimientos de Litio Bolivianos Corporacion). Pengembangan proyek diperkirakan akan menelan biaya sebesar US$ 2,3 miliar. Perusahaan Cina akan melakukan investasi awal dan YLB akan membayar bagiannya dengan produksi lithium di masa depan, menurut manajer eksekutif YLB Juan Carlos Montenegro.

Presiden Morales ketika ditanya, mengapa Cina? Kata Morales, “Ada jaminan pasar di Cina untuk produksi baterai,” ujarnya saat upacara penandatanganan di kota dataran tinggi Oruro.

Seperti diketahui, Cina adalah konsumen lithium global terbesar yang membutuhkan sekitara 800.000 ton logam per tahun untuk mendukung industri mobil listriknya yang berkembang pesat pada 2025. Duta Besar Cina untuk Bolivia Liang Yu mengatakan pada acara yang sama bahwa kesepakatan sangat “bersejarah”.

Baca Juga:  Apa Arti Penyebaran Rudal Jarak Jauh Rusia Bagi Skandinavia?

Kebijakan Bolivia ini jelas tidak dapat ditolerir oleh Washington karena dapat mengancam kepentingan ekonomi dan menggerus dominasi AS di kawasan Amerika latin. Apalagi Bolivia dan Cina bekerja memproduksi lithium di halaman belakang Amerika! Kali ini, Demokrat dan Republik bersatu padu untuk menggagalkan kerjasama bersejarah Bolivia-Cina tersebut.

Presiden Bolivia Evo Morales yang terpilih secara demokratis sekarang berada di pengasingan di Meksiko setelah dikudeta oleh kelompok fasis keturunan “kulit putih” yang mendapat dukungan penuh Washington.  Morasles juga sangat terkejut bahwa dirinya dikhianati oleh para pemimpin militernya.

Meskipun berada di pengasingan, Presiden Morales masih mendapat dukungan dari mayoritas rakyat Bolivia. Morales presiden pribumi pertama Bolivia berasal dari keluarga petani miskin dan tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Secara historis, Presiden Bolivia yang lalu-lalu memang selalu menjadi antek-antek kepentingan Washington: menindas masyarakat miskin dan masyarakat adat. Mereka membunuh para pekerja yang mogok dan menjual kekayaan sumber daya alam Bolivia kepada perusahaan-perusahaan AS dan Eropa. Sementara rakyat Bolivia dibiarkan terus hidup dalam kemiskinan selama beberapa dasawarsa di bawah kediktatoran sayap kanan yang bersekutu dengan AS.

Baca Juga:  Hotipah Keluarga Miskin Desa Guluk-guluk Tak Pernah Mendapatkan Bantuan dari Pemerintah

Semua kisah penderitaan itu berubah setelah Morales menjadi Presiden. PDB terus tumbuh dari 2009 hingga 2013. PBB bahkan melaporkan Bolivia berhasil mengentaskan kemiskinan hingga 32 persen, sebuah keberhasilan tertinggi di Amerika Latin dalam satu dekade (2000-2012). Demikian pula lapangan kerja dan upah yang terus meningkat’

Pembangunan ekonomi Bolivia di bawah pemerintahan Morales ternyata berhasil dengan baik. Bolivia pun berhasil keluar dari jeratan hutang IMF. Morales juga mampu memanfaatkan keuntungan BUMN untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat miskin Bolivia. Program sosial untuk mengangkat anak-anak, ibu dan orang tua keluar dari kemiskinan. Berkat program melek huruf yang sukses, UNESCO telah menyatakan Bolivia sebagai negara bebas dari buta huruf.

Tidak mengherankan ketika Morales dinyatakan kembali menang dalam pemilihan 20 Oktober lalu, aksi protes elemen fasis sayap kanan yang kejam segera terjadi terhadap pemerintahan Morales yang menyebabkan kematian, pemukulan terhadap politisi dan pemaksaan dengan kekerasan pengunduran diri Morales dan wakil presidennya García Lineran di bawah ancaman pejabat militer dan kepala polisi yang telah dibeli oleh Washington.

Baca Juga:  Membanggakan di Usia 22 Tahun, BPRS Bhakti Sumekar Sumbang PAD 104,3 Miliar

Tindak kekerasan juga dilakukan terhadap para pemimpin partai Movement To Socialism (MAS) yang merupakan partai politik Morales, termasuk juga kepada para jurnalis pendukungnya – mereka dipukuli oleh massa fasis sayap kanan. BBC melaporkan bahwa walikota sebuah kota kecil di Bolivia diseret dari rumahnya, dipotong rambutnya dan tubuhnya di cat merah.

Presiden terpilih Evo Morales. pada hari Jumat, mengatakan, “Saya ingin memberi tahu Anda, saudara dan saudari sekalian, serta seluruh Bolivia dan seluruh dunia. Saya tidak akan menyerah. Kami telah dipilih oleh rakyat, dan kami menghormati konstitusi.”

Presiden Trump tanpa malu-malu memuji kudeta di Bolivia sebagai “momen penting bagi demokrasi.” Washington saat ini memiliki pemerintahan boneka sayap kanannya di Ekuador dengan Lenin Moreno, dan Presiden Chile Sebastián Piñera. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050