Puisi Dewandaru Ibrahim Senjahaji
Demokrasi
Kujumpai puisi di wajahmu,
Ia punya kata-kata yang manis dan menipu
Sialnya aku percaya bahwa itu kata-katamu.
Kujumpai puisi di wajahmu,
Yang telah berhasil menipuku
Tapi aku tidak berdaya, hanya malu
Sebab aku lebih percaya pada puisi di wajahmu, bukan kamu.
Kujumpai puisi di wajahmu,
Persis seperti wajah yang berjajar di pinggir jalan
Tapi ia tak berhasil menipuku.
Kujumpai wajahmu di puisi
Yang judulnya “demokrasi”
Tadinya aku tertipu, tapi sekarang tidak lagi
Sebab demokrasi yang paling asli
Adalah ketika laki-laki memilih perempuan sebagai istri.
Purwokerto, 23 April 2018.
Bisikan Busuk
Jaka,
Aku sudah tahu segala tentangmu
Aku juga tahu bagaimana keadaan pacarmu
Jika kau ingin lekas menikah
Siapkanlah segala ube rampe agar calonmu segera berserah
Kau harus cekatan dan jangan telat langkah
Bunga desa selalu banyak lalatnya
Umurmu sudah hampir dua lima lebih lima
Sebentar lagi pacarmu dua tiga
Tentu ia akan gatal dengan kecaman perawan tua
Jaka,
Pacarmu itu karyawati, wanita karir,
Pasti pandai soal dandan dan soal hitung-hitungan
Tampang itu nomor dua puluh lima
Yang penting ekonomi dan gaya
Terlebih ia lebih banyak bergaul dengan orang kota
Apalagi sekarang banyak pendatang yang matang
Kau punya apa jaka?
Jaka, sebagai orang desa
Tampangmu memang tampan, tapi terlalu kekar
Perempuan sekarang lebih suka yang elegan dan tak terlalu terkesan kasar
Sebagai mahasiswa legenda yang menghabiskan semua jatah semesternya
Engkau memang beruntung punya pacar tetangga lulusan S2 kampus terkemuka
Yang setia menjalin cinta sejak SMP kelas dua
Tapi perempuan, jaka, Bisa goyah lantaran harta
Jika pacarmu diklepek atasannya dengan rumah dan mobilnya
Gubug warisanmu tidak ada artinya
Sebentar lagi kau diwisuda
Pakai ijazahmu untuk melamar kerja
Tapi kalau ingin cepat kaya
Merantaulah dan kumpulkan uang sebanyak-banyaknya
Jangan lupa beli motor yang knalpotnya dua
Barangkali itu tolak ukur ketampanan pria dan anggapan sukses bagi sebagian orang desa
Kalau perlu lemburlah setiap waktu
Agar usai kontrakmu habis dan kamu harus balik kampung
Kamu bisa beli tanah untuk bangun rumah, setidaknya di daerah gunung
Sebab sebentar lagi tanah desa pinggiran kota akan sangat mahal
Karena kota kita akan jadi kota impian yang tidak pernah kita impikan
Pusat perbelanjaan akan tumbuh di sini
Jadi jangan kepingin untuk usaha atau berdagang
Kita sudah dipites dan ludes oleh raksasa besar
Kita cuma kecoa
Kota kita akan jadi kota impian yang tidak pernah kita impikan
Jadi bersiap-siaplah jika kemudian di desamu terjadi kesepian
Atau harga-harga kebutuhan hidup menjadi mahal
Setelah kau punya uang
Jangan kepingin untuk usaha atau berdagang
Tidak usahlah berfikir beli sawah
Lihatlah desa-desa pinggiran kota
Tidak ada yang namanya petani, mereka telah pindah
Rumah-rumah yang mewah itu sebelumnya sawah
bukan salah pak tani yang menjual sawah
pak tani sudah tua dan waktu mulai menghisap tenaganya
Apalagi pasokan air mulai sulit sejak adanya proyek bangunan
Selain itu kontraktor berani bayar besar
Tetapi kamu tidak usah bingung soal kerjaan
Jangan kuatir, ada banyak kerjaan di sini asal kau bersedia jadi kuli
Tapi jika kau mau jaka
Dalam jangka waktu hingga pergantian walikota
Pacarmu yang cantik sudah dapat kau nikahi
Bahkan kau bisa memadunya hingga tiga kali
Kau tidak perlu merantau atau jadi kuli
Sebagai mahasiswa legenda yang aktif diorganisasi
Tentu kau cerdas dan penuh ambisi
Kau pasti kenal baik dengan orang-orang penting di sini
Dari walikota, pengusaha hingga para pejabat tinggi
Manfaatkanlah relasi-relasi yang kau ketahui ketika aktif di organisasi
Tawarkan pandanganmu tentang sudut-sudut kota yang punya potensi
Tawarkan desa-desa yang bisa dieksplorasi
Dan yang terpenting tawarkanlah caramu melobi
Jaka,
Mintalah agar kau dapat bergabung dengan mereka
Minimal kau masuk dalam jajaran mafia ahli tata kota
Sudahlah tidak usah memikirkan nantinya kota akan bagaimana
Tak usah berbaik hati memikirkan nasib orang desa
Tak perlu kau memikirkan harga
Jika berhasil ambil bagian dari mereka
Tidak penting kenaikan harga-harga
Tidak penting bagaimana nasib orang desa
Tidak penting bagaimana masa depan kota
Karena kadang-kadang dihadapan siapa saja
Semua uang sama.
Jika kau setuju, jaka.
Maka pilihlah aku
Jadi
Bupati.
Purwokerto, 15 oktober 2017.
*Dewandaru Ibrahim Senjahaji, lahir di Banyumas 03 juni 1994. Beberapa puisinya termaktub dalam antologi puisi Dari Negeri Poci 6 “Negeri Laut” (2015), “Matahari Cinta Samudra Kata” ( Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2016), Dari Negeri Poci 7 “Negeri Awan”. “Dari Sittwe ke Kuala Langsa”, “The First Drop of Rain” “Surabaya Memori”, “Rumah Penyair 3”, “Kampus Hijau”, “Kampus Hijau 2”, “Kampus Hijau 3”, “Pilar Puisi”, “Pilar Puisi 2”, “Pilar Puisi 3”, “Cahaya Tarbiyah”, “Nyanyian Rindu di Bumi Aksara”, “Aquarium & Delusi”, “Seberkas Cinta” dan lain sebagainya. Kini aktif sebagai guru bantu di SMK 75 1 Purwokerto. Sekarang menjadi teman belajar anak-anak SMK 75 1 Purwokerto. tinggal di Desa Pasir Lor rt 03/02 kecamatan karang lewas kabupaten Bannyumas.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com