BERHATI-HATILAH DALAM MENULIS PUISI
Entah. Beberapa hari terakhir ini saya cukup sering menelusuri puisi-puisi yang pernah saya tulis. Beruntung saya selalu menyematkan tanggal, bulan, tahun, dan jam diakhir puisi-puisi saya. Laiknya dejavu, atau entah apa istilahnya, saya seperti sedang berada disana. Tersesat didalam alur kisah dari puisi-puisi yang pernah saya tulis tersebut.
Saat ini, saya curiga bahwa dahulu ketika saya menulis puisi, tanpa sadar-tanpa rencana saya juga sedang membuat skenario kisah hidup saya di hari ini. Mengingat keadaan yang kini tengah terjadi, kecurigaan ini tentu bukan tanpa alasan. Dibeberapa puisi bahkan seperti peringatan.
Meski begitu, saya sedikit senang. Ketika dahulu menulis puisi-puisi tersebut, berarti saya seperti tengah membaca masa depan. Menulis masa depan. Sayang, kala itu saya sebegitu menaruh percaya pada masa depan tersebut.
Dari penelusuran dan perenungan terhadap keadaan ganjil ini, saya hanya bisa berpesan:
Kini, lebih berhati-hatilah dalam menulis puisi. Tak ada yang tahu, bisa saja puisi berbalik menulis Anda!
-NYA
seperti biasa, kau sedang menulis namanama
meramalkan di detik keberapa bintang akan
jatuh tersungkur
di almanak yang ditumbuhi
kelukur
seperti biasa, kau sedang menulis namanama
menemu bebiji cemas kemas
dalam altar
kesunyian
seperti biasa, kau sedang menulis namanama
menimang
tanya yang njelma petanda
di kauku
seperti biasa, kau sedang menulis entah
namanama entah
namanama
mungkin
-kah adaku begitu setia selip di sesela
-nya
Simak: Di Kota ini Orangorang Terlampau Mudah Menjadi Penyair
Himas Nur, menulis puisi, esai, skenario film pendek, caption instagram dan tugas akhir. Bianglala, Komidi Putar, dan Negeri Dongeng ialah antologi puisi tunggal perdananya.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].