Budaya / SeniPuisi

Bergurau di Layar Smartphone

Puisi Salim Ma’ruf

BERGURAU
DI LAYAR SMARTPHONE

Chatmu:
“Mari ngopi di bundaran kota
dan menertawakan kehidupan”
di sela-sela lejar dikejar deadline tugas kuliah.
Semut yang kita ternak di antara tumpukan teori
kian berisik, mematahkan idealisme omong kosong
aktivis-aktivis sok cendekia. Dan di kepala, beragam definisi
para tokoh menyebu nalar.

Kubalas:
“Lagi bokek,
musim kemarau tak kunjung angkat kaki”
di tumpukan berkas dan buku, seekor nyamuk berwajah karikatural.
Berlayar malas kita memburu malam
di rimba layar smartphone, prajurit-prajurit kouta
berguguran. Darah mengucur. Jirat waktu cegak.

“Sapamu tertinggal bersama jejak puisi
yang kita hadirkan di panggung susastra”
tulisku sebelum puncak narasi kita panjat.

“Nanti ada yang cemburu kamu bertutur seperti itu”
ucapmu mengakhiri sabda.

Kantuk meradak. Tugas terbangai.

Kandangan, 2017
Salim Ma’ruf, seorang mahasiswa akhir, bergiat di Sanggar Ar-rumi STAI Darussalam Martapura Kalimantan-Selatan dan Kindai Seni Kreatif. Menyukai teater, buku-buku sastra, dan lukisan-lukisan Affandi Koesoema. Beberapa puisinya dimuat dalam berbagai antologi bersama.

Related Posts

1 of 185