Politik

AS Berdalih Ketika Ditanyai Alasan Gatot Dicekal Masuk AS

USANTARANEWS.CO, Jakarta – Pemerintah Indonesia sejak beberapa hari yang lalu meminta penjelasan kepada pihak Amerika Serikat terkait pencekalan terhadap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan terbang ke Washington. Setelah beberapa hari, akhirnya pihak Amerika Serikat berusaha memberikan alasan pencekalan terhadap Gatot.

Dikutip dari kantor berita AP, juru bicara Department of Homeland Security, Dave Lapan, menjelaskan bahwa Gatot tidak bisa masuk ke AS karena adanya ‘keterlambatan penerbitan dokumen dari protokol keamanan AS’. Masalah ini diklaim sudah diselesaikan dengan cepat oleh pihak AS dan Gatot telah dijadwalkan untuk pergi dengan penerbangan berikutnya. Namun kemudian Gatot memilih untuk tidak berangkat.

Homeland Security merupakan departemen yang membawahi US Customs and Border Protection, lembaga yang sempat menolak Gatot masuk ke AS. Namun tak dirinci soal dokumen yang terlambat diterbitkan oleh prokol keamanan AS itu.

Wakil Dubes AS, Erin Elizabeth McKee, juga telah dipanggil oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk memberi penjelasan. Ia tidak menjelaskan mengapa Gatot dicekal, cuma menyampaikan permohonan maaf dan mengklaim masalah sudah selesai.

Baca Juga:  KPU Nunukan Menggelar Pleno Terbuka Rekapitulasi Perolehan Suara Calon DPD RI

Sementara, Retno mengatakan Indonesia masih mengharapkan agar AS memberikan penjelasan yang lebih lengkap. “Saya sudah mengatakan bahwa itu tidak cukup. Masih perlu penjelasan mengapa kejadian itu terjadi,” kata dia.

Gatot seharusnya terbang ke AS pada Sabtu (21/10) untuk menghadiri undangan Panglima Angkatan Bersenjata AS Jenderal Joseph F Dunford untuk menghadiri konferensi tentang kejahatan ekstremisme pada 23-24 Oktober 2017. Sayangnya, dari 6 jumlah anggota delegasi yang seharusnya berangkat, hanya Gatot dan istrinya yang ditolak masuk AS.

Kapuspen TNI Mayjen Wuryanto menjelaskan Gatot dan istri mendapat pemberitahuan ditolak masuk AS setelah ada pengumuman dari maskapai penerbangan. “Beberapa saat sebelum keberangkatan, ada pemberitahuan dari maskapai penerbangan bahwa Panglima TNI dan istri tidak boleh memasuki wilayah AS oleh Custom dan Border Protection,” ungkap Wuryanto.

Padahal, Lapan mengatakan bahwa Pemerintah AS “berusaha keras untuk memastikan bahwa semua orang yang bepergian ke AS diamati dan diperiksa dengan benar. Kami menyesalkan bahwa Panglima dan istrinya merasa tidak nyaman.”

Baca Juga:  Asisten Administrasi Umum Nunukan Buka Musrenbang Kewilayahan Dalam Rangka Penyusunan RKPD Tahun 2025

AS dianggap berdalih karena berdasarkan catatan, Gatot juga disebut-sebut tidak termasuk daftar perwira militer yang diduga terbelit kasus kejahatan perang atau pelanggaran HAM. Karena sebelumnya, sejumlah petinggi TNI yang juga pernah ditolak bertandang ke AS lantaran dugaan kasus pelanggaran HAM. Perwira TNI itu diiantaranya seperti Wiranto, Prabowo Subianto, Zacky Anwar Makarim, Sjafrie Sjamsoeddin, Pramono Edhie Wibowo, Suryo Prabowo.

Lagipula Gatot juga sudah berulangkali berpergian ke Amerika Serikat selama berkarir di TNI. Terakhir Gatot diundang ke markas Angkatan Darat AS di Fort Meyer, Airlington, pada 2016 silam. Pun satu-satunya perjalanan yang bisa dianggap ‘bermasalah’ di mata imigrasi AS adalah ketika dia menunaikan ibadah Haji di Arab Saudi bersama Kapolri Tito Karnavian, Agustus silam.

Aaron Connolly dari Lowy Institute mengungkapkan kepada ABC News, bahwa dia mencurigai adanya masalah birokratis antara militer AS dan Indonesia.

“Sejumlah perwira militer Indonesia yang telah diberitahu bahwa mereka tidak akan diizinkan masuk ke AS, dan telah ditolak visanya, namun belum pernah ada yang sepengetahuan saya di mana seorang perwira militer Indonesia diberi visa yang sah untuk memasuki AS. Negara itu dan kemudian menolak masuk sebelum naik pesawat,” katanya.

Baca Juga:  Rahmawati Zainal Peroleh Suara Terbanyak Calon DPR RI Dapil Kaltara

“Ini sangat tidak wajar dan menurut saya penjelasan yang paling mungkin adalah ada snafu (kekacauan) administratif yang harus diberitahukan oleh US Customs and Border Protection kepada maskapai Emirates, dan mereka tidak melakukannya,” ujarnya.

Pewarta: Richard Andika
Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 41