Puisi

Bercakap-Cakap Tentang Hasrat – Puisi Tjahjono Widarmanto

BERCAKAP-CAKAP TENTANG HASRAT
*) mencatat Gilles Deleuze

1/
ia membaca tubuh-tubuh itu.tubuh tanpa organ
mesin hasrat yang terpilin dari semacam sel atau telur
menetas, berubah wujud dan menumbuh
menjadi sesuatu yang tampak utuh seperti puzle
sejatinya terpisah serta terus menerus bergerak menuju entah

hasrat yang sembunyi di balik kerang
katup yang terbuka dan menutup
saat mata terbuka atau terpejam
tak peduli itu tanda atau makna

2/
ia merasa amat bahagia seperti bayi
yang melompat dari lumpur ketuban
yang belum peduli dengan pembenaran-pembenaran
sebab baginya tak ada yang baru dari kelahiran dan kematian
segalanya hanya sekedar tirai tersingkap menampakkan yang tersembunyi
semenjak bayi, hasrat telah meletup-letup
seperti nasib yang selalu keliru diramal
persis sebuah revolusi atau reformasi yang sibuk menemu pintu

segalanya selalu merambat bersama waktu
ia merasa manusia harus takluk pada dunia yang lain

3/
hasrat seperti kurcaci yang tiwikrama
tak satu pun bisa memeluknya dengan hangat
saat melompat-lompat seperti katak
berayun-ayun dari yang berubah dan yang terjadi
muncul dari yang tak terduga menuju nyata
temukan habitatnya sendiri sarang tempat
mendewasakan segala olah pikir, keinginan dan birahi

Simak:
Erotisme Seksual Dalam Teks-Teks Kuno
Aku, Sedadu Menunggu Giliran, Di Hadapan Maut
Delapan Esai: Percakapan tentang Puisi
Sepatu Kerja Pemuja Sajak

4/
sesuatu yang tampak nyata tak sanggup dipahami
walau sudah dibahasakan dengan sepeti makna

segala ingatan dan pengalaman luput digenggam
sebab makna melarikan diri kabur dari peristiwa

5/
ia suka permainan itu
semacam petak umpet yang tak punya satu peraturan
titik yang selalu bergerak dari satu garis lengkung ke lengkung lain
mirip bintang alihan, bergeser sepanjang masa
melacak makna dan mengikatnya

6/
ia sudah diramal oleh seorang peramal botak dan homo
disabda menjadi seorang santo atau rahib atau brahmana

karena hasratnya yang meluap ia dikutuk menjadi kitab
rujukan para musafir yang mencari peta dan pulau

namun, ia menolak menjadi mitos dan menggantung lehernya di pintu rumah
tangannya yang mengepal menggenggam sebuah wasiat
: ini cuma sekedar hasrat dan sebuah peristiwa!

(surabaya-ketintang)

Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widarmanto

*Tjahjono Widarmanto, lahir di Ngawi, 18 April 1969. Meraih gelar sarjananya di IKIP Surabaya (sekarang UNESA) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan saat ini melanjutkan studi di program doctoral di Pascasarjana Unesa. Bukunya yang  telah terbit antara lain Mata Air di Karang Rindu (buku puisi, 2013), Masa Depan Sastra: Mozaik telaah dan Pengajaran Sastra (2013), Nasionalisme Sastra (bunga rampai esai, 2011),   Drama: Pengantar & Penyutradaraannya (2012), Umayi (buku puisi, 2012), Kidung Buat Tanah Tercinta (buku puisi, 2011), Mata Ibu (buku puisi, 2011), Di Pusat Pusaran Angin (buku puisi, 1997), Kubur Penyair (buku puisi: 2002), Kitab Kelahiran (buku puisi, 2003). Penulis pernah menerima Anugerah Penghargaan Seniman dan Budayawan dari Pemprov Jatim (2003), beberapa kali memenangkan sayembara menulis tk. Nasional dan suntuk menghadiri berbagai pertemuan sastra ditingkat nasional dan internasional. Penulis kini menjadi Pembantu Ketua I, Dosen di STKIP PGRI Ngawi dan guru SMA 2 Ngawi. Beralamat di Perumahan Chrisan Hikari B.6 Jl. Teuku Umar Ngawi. E-Mail:  [email protected].

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124