HukumPolitik

Benarkah Tokoh-tokoh Anti Ahok Dikriminalisasi?

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Beberapa saat sebelum Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 berlangsung, suhu politik nasional memanas. Suara-suara yang tak menginginkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) duduk terpilih sebagai gubernur akibat diduga menista Al-Qur’an sangat nyaring dan lantang. Tercatat sedikitnya dua kali aksi demonstrasi besar-besaran mendesak Ahok diproses hukum karena kepleset lidah di Kepulauan Seribu.

Gerakan tak mendukung Ahok dapat momentumnya. Isu menista surah Al Maidah segera mengundang tujuh juta massa tumpah ruah ke jalanan ibukota, bahkan sampai memaksa Presiden Joko Widodo juga ikut bersama shalat Jumat di jalanan (Monas).

Namun di saat bersamaan, pihak kepolisian melemparkan isu adanya upaya makar dan penggulingan Presiden Joko Widodo di balik aksi-aksi menuntut Ahok diproses secara hukum. Penangkapan tokoh-tokoh anti Ahok yang kritis pun segera menjadi pekerjaan pihak kepolisian kala itu.

Tercatat setidaknya ada 10 nama yang dituduh kepolisian hendak melakukan makar. Di antaranya Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet, Rachmawati Soekarnoputri, Ahmad Dhani, Eko, Adityawarman, Kivlan Zein, Firza Huzein, Jamran dan Rizal Kobar. Akhirnya, kepolisian tidak mampu membuktikan tuduhannya.

Baca Juga:  Tak Jadi Gunakan Sistem Komandante, Caleg PDI-P Peraih Suara Terbanyak Bisa Dilantik

Kemudian, Jumat (31/3) pagi kepolisian kembali menangkap sejumlah tokoh. Kali ini tokoh-tokoh Islam seperti Muhammad Al-Khaththath, Zainuddin Arsyad, Irwansyah, Diko Nugraha dan Andry sebelum aksi demonstrasi 313 digelar. Modus penangkapan masih sama, mereka diduga hendak melakukan tindakan makar.

Penangkapan demi penangkapan tersebut membuat publik curiga, atau setidak-tidaknya bertanya penasaran. Benarkah pihak kepolisian mendukung Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017? Kecurigaan ini menguat, dan kepolisian diminta berbagai pihak agar jangan menjadi alat kekuasaan serta semena-mena menggunakan kekuasaannya.

Berlanjut, setelah Ahok ditetapkan sebagai tersangka menista agama, suhu politik tambah panas. Desakan kemudian meminta Ahok segera ditahan karena sudah menyandang status sebagai tersangka.

Puncaknya, Ahok kemudian mendulang kekalahan dalam kontestasi sengit Pilgub DKI Jakarta 2017. Apesnya, Ahok kemudian dinyatakan bersalah dalam kasus penistaan agama dan divonis dua tahun penjara.

Pilgub berakhir dan Ahok divonis ternyata tak membuat kegaduhan berakhir. Energi bangsa malah justru terus terkuras. Pendukung Ahok menyatakan tidak terima dengan kekalahan dan vonis penjara dua tahun. Ahok terus dielu-elukan oleh pendukungnya sendiri. Dan di saat yang sama, kepolisian mengumumkan sejumlah kasus. Komandan FPI, Habib Rizieq Shihab dikejar hanya karena polisi mendapatkan chat pribadi dengan tuduhan pornografi, dan terbaru tokoh nasional Amien Rais mendadak dicari-cari KPK.

Baca Juga:  Tiga Kader PMII Layak Menduduki Posisi Pimpinan DPRD Sumenep

Operasi terhadap tokoh-tokoh yang selama ini dikenal kritis kepada Ahok mulai merajut skemanya. Dan memunculkan pertanyaan kembali, ada apa di balik gencarnya tokoh-tokoh anti Ahok masuk dalam kategori dikriminalisasi?

Tokoh aktivis nasionalis, Sri Bintang Pamungkas memberikan komentarnya terkait pertanyaan tersebut.

“Dalam jangka pendek mau mengimbangi hukuman terhadap Ahok. Dalam jangka menengah-panjang mau memenangkan Pilpres 2019 (Jokowi-Tito). Yaitu dengan menakuti para pimpinan Islam agar tidak mengkampanyekan tokoh-tokoh Islam seperti Pilkada DKI Jakarta kemarin,” kata Sri Bintang kepada nusantaranews di Jakarta, Senin (5/6/2017).

Diketahui Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengajukan banding terhadap vonis perkara penistaan agama yang menyeret Ahok. Dan Kejagung resmi mengajukan banding pada 16 Mei 2017 lalu. Ini mungkin yang disebut target jangka pendeknya.

Namun, target jangka menengah-panjang, komentar Sri Bintang seperti membuka tabir lain yang selama ini tertutup di balik institusi kepolisian. Tabir lain yang dimaksud ialah keinginan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian untuk mendampingi Joko Widodo pada kontestasi Pilpres 2019 mendatang.

Baca Juga:  Rahmawati Zainal Peroleh Suara Terbanyak Calon DPR RI Dapil Kaltara

“Tentu strategi itu keliru besar, karena umat Islam tambah marah terhadap Jokowi, dan tidak sudi memilih mereka. Jokowi akan kalah, atau bahkan jatuh sebelum 2019,” tegas Sri Bintang. (ed)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 16