Budaya / SeniPuisi

Bedhaya Ketawang

Puisi Sus S. Hardjono

BEDHAYA KETAWANG

Suci badan suci pikiran
Sembilan penari
Bisikan wingit dari langit
sang penembahan
Dari semedi dan pertapaan
Tarian sakral sesembahan
Tembang asmara sejiwa sebadan

Tarian kebesaran tingalan
jumenengan
Bedhaya penari kraton
ketawang langit tinggi
Keluhuran dan kemuliaan

Tarian suci
Tak ada sesuatu yang terjadi
tanpa kehendak Gusti
Menari untuk Sang Widhi

Di saat semadi
Terdengar tetembangan ketawang
Tembang asmara
Panembahan Senopati
dan Ratu Kencanasari

Curahan hati kanjeng ratu
Pada raja
Menjadi penari kesepuluh
Sembilan penari nawasanga
Sembilan arah mata angin
dikuasai dewa

Dalam dodot ageng , dan gelung bokor
Centhung , garuda mungkur
sisir jeram saajar
Cundhuk mentul tiba dhadha
Bunga-bunga melati
dari gelungan hingga memanjang dhada
Kesakralan yang makin nyata
pesona kesucian yang malih rupa
Keluhuran perempuan sempurna

Aku menikmati setiap tembang Durma
Hingga Retnamulya
Mengalun gendhing ketawang gedhe
Dari pelog ke slendro
Selaras seirama kethuk kenong
kendhang ,gong
Seharmoni rebab ,gender , gambang dan suling
Menyatu dalam tarian jiwa dan sukma

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Sragen, 2017
ANTAGONIS

Kuteguk racun itu biar kau puas
Biar kau tahu betapa cintanya aku padamu
Karena nietze memberiku secangkir kopi
Untuk mendapatkan kebahagiaan memang harus bunuh diri

Oh lihatlah hatiku yang dimamah mamah
O lihatlah batu batu yang jatuh dari bukit
Bergemuruh bergelundung menimpa tubuh

Dan aku akan membusuk, sayang
Lihatlah semua karena betapa cintaku padamu

Biarkan orang orang bertepuk bersorak berderai derai
Karena begitulah mauku
Untuk merayakan kebahagiaanku
Ini sungguh nikmat
Api yang membakar tubuhku ini

Betapa sakit kan , sayang?
Sakit dan nikmatnya
Telah kau rasakan juga

Sragen , 2017-02-21

Sus S. Hardjono lahir 5 Nopember l969 di Sragen. Sejak tahun 1990-an aktif menulis puisi, geguritan, cerpen dan novel. Puisinya tersiar di berbagai media seperti Bernas, Kedaulatan Rakyat, Pelopor Jogya, Merapi, Solo Pos, Joglosemar, Suara Merdeka, Wawasan, Swadesi, Radar Surabayam, Minggu Pagi, Cempaka Minggu Ini, dll. Selain itu, puisi-puisinya juga termaktub di lebih 50 buku antologi puisi bersama. Novelnya yang sudah terbit “Sekar Jagat” dan sekarang menulis novel keduanya yang berjudul “Pengakuan Mendut” dan novel ketiganya “Surga Yang Hilang”.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Ia pernah bergabung dalam Kelompok Teater Peron FKIP, majalah kampus Motivasi, berbagai komunitas di Sragen, APPS (Aliansi Peduli Perempuan Sukowati), YIS Solo (Yayasan Indonesia Seejahtera), Yayasan Darmakumara Solo (Yayasan Pengembangan dan Pelestarian Kebudayaan Jawa), KPPS, Mansaceria , Teater Gatra. Kini sebagai Pegajar di MAN I Sragen ia juga mengelola majalah pendidikan dan aktif wartawan pendidikan di Kemenang (Kankemenag Sragen dan Kanwil Jateng). Sebagai penyair, ia sering membacakan puisi-puisinya di berbagai acara kesusastraan di Sragen.

Related Posts

1 of 120