Politik

Bawaslu Nunukan Rangkul Pengurus Masjid Melawan Politisasi SARA

politisasi sara, bawaslu nunukan, gandeng pengurus masjid, nunukan, kaltara, nusantaranews
Bawaslu Nunukan merangkul pengurus Masjid untuk melawan politisasi SARA. (Foto: NUSANTARANEWS.CO/Eddy S)

NUSANTARANEWS.CO, NunukanBawaslu Nunukan merangkul pengurus Masjid untuk melawan politisasi SARA. Tempat ibadah tak hanya merupakan sebagai simbol agama tapi juga tempat bersatunya umat yang terdiri dari latar belakang serta pandangan politik yang berbeda. Sehingga demi menjaga kesucian tempat ibadah dari berbagai upaya yang menginginkan tercerai berainyanya sipaturahim, kebijaksanaan serta kedewasaan para jamaah adalah kunci hal itu dapat terwujud.

Hal tersebut yang membuat Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Nunukan merasa punya kewajiban mengajak para jamaah untuk besama-sama melaksanakan Pemilu 2019 dengan cara dewasa. Lembaga pengawas pesta demokrasi tersebut mengajak para Pengurus Masjid Al Mujahidin Nunukan, Kalimantan Utara dalam menyikapi peran serta jamaah Masjid dalam Pemilu.

“Kita akan terus membaur dengan para jamaah seperti di Masjid ini untuk bersama-sama mencapai persaaan sikap sehingga Pemilu 2019 nanti benar-benar menjadi pesta demokrasi yang bebas politik uang dan dari politisasi SARA,” ujar Komisioner Bawaslu Kabupaten Nunukan, Muhammad Yusran kepada pewarta, Selasa (18/12).

Baca Juga:  BPPD Nunukan dan BNPP Gelar FGD IPKP PKSN Tahun 2023

Untuk itu menurut Yusran, pihaknya akan kontinyu melaksanakan giat seperti di Masjid Al Mujahidin tersebut termasuk Gereja dan tempat – tempat ibadah agama yang ada di Nunukan. Apalagi, ungkapnya, Kabupaten Nunukan merupakan wilayah yang berbatasan dengan Malaysia yang tentu saja masyarakatnya dituntut menjadi generasi yang unggul dan salah satu cara adalah mewujudkan demokrasi yang sehat.

“Politisasi SARA dan politik uang itu adalah dua diantara kanker demokrasi. Dan hanya masyarakat dalam hal ini konstituent lah yang berperan aktif dalam memeranginya,” imbuhnya.

Lebih lanjut menurut Yusran, masyarakat Nunukan adalah heterogen atau terdiri dari beberapa etnis baik etnis maupun agama. Sehingga menurut pria yang juga mantan jurnalis tersebut, Pemilu akan menjadi celah masuknya provokasi apabila jamaah tak cerdas dalam menelan sebuah informasi terutama yang beredar di media sosial.

“Langsung percaya pada pemberitaan tanpa croscek apalagi langsung menyebarkan informasi yang didapat tanpa memilah dan memilih. Adalah salah satu hal yang dapat menciptakan konflik. Apalagi kita di perbatasan ini yang tentu banyan bermacam-macam intervensi buadaya maupun hal lain. Kalau kita tak menggunakam filter dalam menyerap informasi, tentu adalah hal yang sangat berbahaya,” tandas Yusran.

Baca Juga:  Turun Gunung Ke Jatim, Ganjar Bakar Semangat Bongkar Kecurangan Pemilu

Tanggapan masyarakat sendiri dalam acara yang bertema Blusukan Bawaslu Bersama Pengurus Masjid Melawan Politik Uang, Politisasi SARA dan Ujaran Kebencian tersebut terbilang sangat antusias. Hal tersebut dapat dilihat tiap dari banyaknya jamaah yang mengajukan auidensi untuk memeperoleh informasi sekaligus diskusi di acara tersebut. Bahkan masyatrakat sepakat akan memasang Baleho penolakan pololitik uang dan politisasi SARA di Masjid itu.

Alhamdulillah, tanggapapan masyarakat sangat antusias. Ke depan kita akan vasilitasi para jamaah memasang baleho penolakan terhadap politik uang dan politisasi SARA di semua tempat ibadah yang ada Kabupaten Nunukan ini,” pungkas Yusran.

(edd/dy)

Editor: Banyu Asqalani

Related Posts

1 of 3,111