NUSANTARANEWS.CO – Mantan Penasihat Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Hankam (1983), Sayidiman Suryohadiprojo menegaskan bahwa usaha untuk menjadikan Pancasila sebagai kenyataan dalam kehidupan manusia Indonesia tidak mungkin terwujud tanpa mengembangkan Kebangsaan Indonesia dalam masyarakat umat manusia dan dunia.
Sebagaimana diketahui berbagai pendapat sejak akhir Abad 20 banyak diucapkan, bahwa Kebangsaan sudah berakhir. Namun menurut Sayidiman pendapat itu salah besar.
“Globalisme dan globalisasi yang sering kali dijadikan indikasi sebagai saat berakhirnya Bangsa dan Kebangsaan, dalam kenyataan bukan begitu. Sebab globalisme justru merupakan usaha pihak tertentu untuk memperkuat bangsanya dalam hubungannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia,” kata Sayidiman.
Dalam konteks kekinian, ia melihat bahwa mundur atau lemahnya Kebangsaan di masyarakat Indonesia sekarang adalah akibat kurangnya pemahaman di banyak kalangan tentang tempat yang organik bagi bangsa dalam masyarakat umat manusia. Situasi ini semakin diperburuk dengan banyaknya kalangan elit yang justru setuju untuk tunduk terhadap dominasi bangsa lain.
“Sesuai cara pandang Pancasila, Bangsa dan Kebangsaan Indonesia selalu berusaha membangun harmoni dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bung Karno sebagai Penggali Pancasila mengatakan bahwa nasionalisme atau kebangsaan Indonesia berkembang dalam tamansari internasionalisme dunia,” sambungnya.
Jadi jelas kata dia, bahwa Pancasila menghendaki bangsa Indonesia senantiasa mengusahakan hubungan baik dan harmonis dengan bangsa lain.
“Tetapi, kalau bangsa lain tidak berminat untuk hubungan baik dan sebaliknya berusaha mendominasi bangsa Indonesia, seperti yang dulu dilakukan bangsa-bangsa Barat melalui kolonialisme, maka tidak ada sikap lain selain mengamankan dan membela eksistensi bangsa Indonesia,” tegas dia.
Pasalnya menurut Sayidiman, kebudayaan Pancasila menghendaki Individu berkembang dengan sebaik-baiknya dan pada saat sama membangun harmoni di lingkungan masyarakat di mana ia berada dan hidup. Dengan itu, bangsa Indonesia akan mempunyai kewajiban besar untuk mengembangkan dirinya sebaik mungkin, lahir dan batin.
“Menjalankannya penuh ketulusan demi mewujudkan harmoni dengan masyarakat di sekeliling dirinya. Hanya masyarakat Indonesia yang mengembangkan diri dengan sebaik-baiknyalah yang merupakan anggota masyarakat dunia yang baik. Bukan bangsa Indonesia yang lemah dan miskin,” ungkapnya.
Karenanya, jelas sekali bahwa Kebudayaan Pancasila harus mampu membangun peradaban Pancasila atau peradaban Indonesia yang setinggi-tingginya. Jangan sebaliknya, justru membuang Pancasila sebagai jati diri dan mengambil konsep asing yang sesungguhnya berbeda dan bahkan bertentangan dengan klutur masyarakat Indonesia.
“Bangsa Indonesia harus memperkuat kebangsaannya,” tegas Sayidiman.
Editor: Romandhon