Budaya / SeniPuisi

Banda

Banda, Atjeh Tempo Dulu. Foto: Lukisan Kota Banda Aceh pada masa Kesultanan Aceh dari arah laut oleh François Valentijn (1724-1726)/WIkipedia. Ilustrasi: NusantaraNews.co
Banda, Atjeh Tempo Dulu. Foto: Lukisan Kota Banda Aceh pada masa Kesultanan Aceh dari arah laut oleh François Valentijn (1724-1726)/WIkipedia. Ilustrasi: NusantaraNews.co

Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch

BANDA

Kidung atau orkestra, Banda kunyanyikan dengan seribu biola

Sedu sedan itu sudah lama berlalu
Kisah nestapa itu kini telah berdebu

Di Bangka ini sejarah tinggal menyisakan air mata
Bening di kelopak mataku tapi pahit terasa dimana-mana

Bertahun-tahun lamanya kucari senyum masa lalu itu di dalam peta
Panen pala dan gadis-gadis Banda yang penuh ceria
Kini telah terhapus di dalam peta

Para penjarah rempah itu telah mengubur indahnya sejarah dengan tumpukan sampah
Manis madu Ibu Pertiwi itu kini telah menjadi banjir cuka

Banda hanya sebatas kabut
Sebongkah resah
Saat nafsu serakah menjarah sejarah di pulau rempah
Ketika ketamakan dan sikap pongah membakar di jiwa penjajah

Kabut hitam menyelimuti Banda dalam peta
Tanah Air beta telah lama berduka

Hari ini aku kembali ke Banda
Kukemas cinta di dalam dada
Kugali kilau masa lalu itu dengan rindu yang bersahaja
Tanpa peta dan kamus tua

Baca Juga:  123 Jamaah Selesai Mengikuti Manasik IPHI Kota Banda Aceh

Berbekal kanfas putih dan kuas merah dalam genggaman
Akan kulukis wajah tamak bangsa Eropa itu dengan warna jelaga
Hitam kelam tiada tara

Banda adalah benteng tua bangsa raksasa
Tapi rempah-rempah itu telah menyalakan nafsu serakah para penjajah
Dan kejayaan yang dulu merekah
Panen pala yang penuh pesona
Pelan-pelan kusam dan tanpa warna
Menjadi partitur biola
Menjerit pilu di senjakala

(Renungan Banda, 2017)

Baca puisi-puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch di rubrik Puisi (Indonesia Mutakhir).

*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll. (Selengkapnya)

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 121