NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta mengagendakan acara Seminar Nasional Kritik Sastra 2017. Tema acara yang diusung tahun ini ialah “Kritik Sastra yang Memotivasi dan Menginspirasi”.
Narahubung acara, Jonner Sianipar mengungkapakan latar belakang rencana penyelenggaraan seminar kritik sastra 2017 ini. Menurutnya, Kritik sastra Indonesia berkembang dengan marak seiring dengan perjalanan sastra Indonesia itu sendiri. Setidaknya, pada awal abad ke-20 sudah muncul kritik sastra ketika Tirto Adhi Surjo mengomentari cerita-cerita yang dimuat di Medan Prijaji (1907—1912) atau Putri Hindia (1908—1911) atau ketika Mohammad Yamin pada tahun 1920 mengulas Babad Melayu.
Selanjutnya, kata dia, sejarah sastra kita pun mencatat bahwa Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, Sanusi Pane, dan J. E. Tatengkeng pada tahun 1930-an adalah para kritikus sekaligus sastrawan yang berperan penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Pada periode 1945—1950 terdapat beberapa kritik sastra yang ditulis H.B. Jassin , M. Balfas, Chairil Anwar, Asrul Sani, Aoh K. Hadimaja, dan Amal Hamzah.
“Memasuki tahun 1960, dengan diwarnai keadaan sosial-politiknya, muncul kritikus-kritikus baru, seperti Gunawan Mohamad, Subagio Sastrowardoyo, Soe Hok Dji (Arief Budiman), Boen S. Umaryati, dan Wiratmo Sukito. Demikianlah selanjutnya hingga dekade 2000-an saat ini kritik sastra Indonesia terus mengalir dan mengalami pasang surut,” imbuh Jonner dalam pernyataan tertulisnya kepada Nusantaranews.co, Minggu, 6 Agustus 2017.
Ia menyatakan, tidak dapat dimungkiri bahwa setakat ini dunia sastra Indonesia memerlukan kritik sastra yang mampu memotivasi dan menginspirasi lahirnya kritik-kritik sastra yang bermutu. Hal ini terkait dengan kondisi perkembangan lahirnya karya-karya sastra di Indonesia yang pesat, tetapi tidak diikuti oleh laju pertumbuhan kritik sastra.
“Keringnya kritik sastra kita saat ini merupakan problematika tersendiri dari kesastraan Indonesia kita. Tentunya banyak faktor yang memengaruhi problematik ini, mulai dari faktor media yang terbatas untuk memuat kritik sastra sampai dengan makin kurang familiernya atau belum terbiasanya budaya kritik dalam kesusastraan kita saat ini. Faktor-faktor tersebut juga tidak berdiri sendiri; ada sistem sastra yang memengaruhinya. Kritik sastra Indonesia harus melaju bangkit kembali seiring dengan optimisme perkembangan sastra Indonesia ke depan,” ungkapnya.
Sementara itu, Yahya A. Saputra menuturkan, Seminar Nasional yang akan dilaksakan di Aula Sasadu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa—Rabu, 15—16 Agustus 2017 bertujuan untuk memotivasi tumbuh kembangnya kembali kritik sastra di Indonesia; menjalin komunikasi antara pemangku kepentingan dalam sistem sastra, yakni penulis, penerbit, pembaca, peneliti, kritikus, dan peminat.
“Menjadi sarana penyebarluasan hasil kritik sastra dalam rangka memajukan sastra dan ilmu sastra, khususnya kritik sastra; dan meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap sastra Indonesia,” tutur Yahya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, peserta seminar ini adalah peserta yang mendaftar secara daring melalui pos-el panitia. “Peserta dibatasi sebanyak 200 orang yang berasal dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Banten. Peserta seminar ini adalah para sastrawan, budayawan, penerbit, pengayom, penaja, peneliti, kritikus, dosen, mahasiswa, dan para peminat sastra Indonesia dan daerah,” ungkapnya.
Adapun pembicara seminar, lanjutnya, ada Kepala Badan Bahasa Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. sebagai pembicara kunci yang akan membahas “Potensi Kritik Sastra untuk Memotivasi Pengembangan Sastra Indonesia”, Kritikus Ignas Kleden selaku pembicara Pleno yang akan membahas Kondisi dan Situasi Kritik Sastra Indonesia, dan Penyair Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono akan membicarakan Kritik Sastra Indonesia Setelah Era HB. Jassin.
Selain ketiga pembicara di atas, kata Yahya, seminar kana juga diisi oleh Komite Sastra DKJ, Nirwan Dewanto, Martin Suryajaya, dan Melani Budianta. Masing-masing akan membahas topik yang telah ditentukan oleh panitia diantaranya “Sistem Sastra dan Pengembangan Kritik Sastra”, “Budaya Kritik dan Kritik Sastra Terkini”, “Tantangan dan Masa Depan Kritik Sastra Indonesia”, dan “Kritik Sastra dalam Perspektif Gender”.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman