Babak Baru Panggung Kesenian, Social Media, dan Civic Jurnalism

Denny JA sedang Live Streaming pentas seni SELACI. Foto: Foto Dok. Pribadi/ Ilustasi: NUSANTARANEWS.CO

Denny JA sedang Live Streaming pentas seni SELACI. Foto: Foto Dok. Pribadi/ Ilustasi: NUSANTARANEWS.CO

NUSANTARANEWS.CO – Babak Baru Panggung Kesenian, Social Media, dan Civic Jurnalism. Live streaming social media akan membawa ruang publik Indonesia ke tahap yang berbeda. Tak hanya pemerintah dan pemilik modal besar yang kini mudah menyebarkan gagasaan dan framing kepada publik luas.

Telah datang teknologi yang murah dan efektif untuk memperkuat individu dan komunitas biasa. Kini rakyat banyak punya kesempatan sama mewarnai ruang publik karena datangnya era LIVE streaming social media.

Untuk pentas seni, era baru  Indonesia terjadi semalam (28 Juli 2017). Sekelompok seniman Jakarta dan sekitarnya, SELACI (Seni Lapak Cikini), secara sadar ataupun tidak sudah memulai sejarah baru.

Mereka (SELACI) bukan bagian konglomerat yang memiliki televisi. Mereka tak punya dana besar untuk membeli jam siar televisi (blocking time). Tapi mereka behasil menyiarkan pentas seni LIVE kepada publik luas dimanapun berada di seluruh dunia, sejauh bisa dijangkau internet, selama 3,5 jam di prime time pula.

Publik luas hanya dengan handphone dapat mengikuti pentas seni itu secara langsung real time. Mereka bisa menikmati pentas seni itu sambil duduk di taman. Mereka bisa menonton LIVE ketika sedang di atas bus kota. Bisa pula mereka sedang minum kopi di beranda rumah, atau sambil mengerjakan tugas tambahan di kantor, tapi  tetap tune in dengan pentas seni.

Kebetulan momen pertama siaran langsung Live Streaming Facebook itu memperingati hari puisi Indonesia. Dari Taman Ismail Marzuki, belasan seniman, penyiar, musisi, pemain drama, secara bergantian mengekspresikan karya seni.

Saya sendiri menikmati momen itu di kantor. Saya hubungkan facebook ke layar lebar. Selama 3,5 jam sambil menerima tamu, sambil menanda tangani aneka dokumen, lalu main catur, saya tetap bisa menikmati pentas seni itu LIVE secara virtual.

***

Jika dulu ada Teologi Pembebasan, kini ada Teknologi Pembebasan. Teologi pembebasan adalah ikhtiar para agamawan dan pemimpin politik menafsir ulang teologi untuk membebaskan masyarakat dari tekanan rezim yang berkuasa.

Sedangkan teknologi pembebasan adalah era baru teknologi yang begitu murah dan efektif sehingga bisa dengan mudah memperkuat individu dan jaringan komunitas. Cukup dengan handphone yang tersambung dengan internet, seorang individu kini dimungkinkan mengirimkan informasi yang kemudian viral diketahui seluruh dunia.

Para seniman di Selaci sudah berhasil menggunakan “teknologi pembebasan” itu menyiarkan pentas seni mereka LIVE kepada populasi seluruh dunia selama 3,5 jam yang bisa mengakses facebook. Bisa kita bayangkan apa yang bisa terjadi jika isi dari pentas itu adalah informasi yang sangat berharga.

Dengan modus yang sama, bisa saja yang dijadikan LIVE itu adalah berita penindasan dan ketidak adilan di sebuah wilayah. Atau hasil riset mengenai bobroknya sebuah institusi berpengaruh. Atau renungan hidup yang begitu powerful.

Social media ini membuat civic jurnalism semakin menyebar dan semakin sulit dikontrol siapapun. Pusat pengaruh dan informasi semakin terdesentralisasi. Aneka pesan begitu cepat masuk dan meluas di ruang publik untuk bisa menghentak ruang publik.

Sudah banyak riset ditulis mengenai peran social media dan teknologi pembebasan ini (liberation technology) ikut mempercepat proses demokrasi di Timur Tengah, Asia dan Amerika Latin.

Untuk kasus Arab spring di Mesir misalnya, sosial media ikut menyalakan api ratusan ribu penduduk berkumpul di Tahrir Square. Ujung dari gerakan itu jatuhnya rezim otoriter Husni Mobarak.

Itu potensi yang kini disediakan social media dan civic jurnalism. Namun dalam situasi politik normal, untuk pentas seni saja, live streaming  adalah sesuatu.

Selesai acara, saya melihat data di Facebook, live streaming acara Selaci itu ditonton secara virtual oleh lebih dari 5 ribu (views) dan dilihat sepintas oleh lebih dari 10 ribu (people reach). Itu artinya sama dengan membuat pertunjukkan full house di Istora Senayan, yang kapasitas penontonnya 7000 orang.

Selamat buat Selaci yang ikut memulai era baru pentas seni. Acara ini akan terus dibuat setiap jumat setiap bulan. Itu akan selalu LIVE dari TIM untuk publik luas di seluruh pelosok Indonesia, yang bisa mengakses facebook.

Penulis: Denny JA, Sastrawan, Peneliti, dan Pendiri Lingkaran Survei Indonesia
Editor: Ach. Sulaiman

Exit mobile version