NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pada Desember tahun lalu, Azerbaijan mengatakan bahwa tidak akan mengizinkan Israel menyerang Iran dari wilayahnya. Benarkah? Padahal sejauh ini, Azerbaijan dilaporkan telah mengizinkan badan intelijen Israel Mossad beroperasi dan membuat lapangan terbang bagi Israel di wilayahnya.
Sebagai imbalannya, Azerbaijan telah menerima pasokan senjata canggih termasuk rudal balistik, sistem pertahanan udara, dan drone kamikaze dari Israel bernilai miliaran dolar dengan barter “minyak dan akses ke Iran.”
Seperti dugaan pencurian dokumen nuklir Iran pada tahun 2018 yang diduga dicuri oleh agen Mossad di Teheran dimana dokumen tersebut kemudian diselundupkan ke Israel melalui Azerbaijan.
Kemitraan strategis ini telah menjadikan Azerbaijan sebagai pemasok minyak terbesar bagi Israel, sebaliknya Israel menjadi pemasok senjata terbesar bagi Azerbaijan.
Berdasarkan data penerbangan, selama tujuh tahun terakhir tercatat ada 92 penerbangan kargo yang diterbangkan oleh Azerbaijani Silk Way Airlines dari pangkalan udara Ovda Israel.
Hubungan Israel dengan Azerbaijan meningkat sejak terjadi sengketa wilayah dengan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh yang populasinya mayoritas etnis Armenia.
Pada tahun 1988, parlemen di Nagorno-Karabakh menyerukan referendum untuk dimasukkan ke dalam Armenia, mengakibatkan dimulainya perang berdarah antara kedua negara. Pada tahun 1992, Nagorno-Karabakh telah mendeklarasikan dirinya sebagai republik merdeka.
Pada tahun 1994, tiga tahun setelah kedua negara mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet, gencatan senjata yang ditengahi Rusia mengakhiri pertempuran tersebut. Namun, kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan yang langgeng. (Agus Setiawan)
