NUSANTARANEWS.CO – Ayo bangkit tunggal putri Indonesia. Menyongsong musim baru 2020 dengan bergulirnya turnamen perdana Malaysia Masters 2020 – publik tanah air harap-harap cemas dengan sektor tunggal putri. Pasca pensiunnya Susi Susanti dan Mia Audina, belum ada prestasi yang terlalu membanggakan dari sektor ini.
Dalam satu setengah dekade belakangan ini, hanya ada tiga prestasi yang boleh dibanggakan yakni; keberhasilan Maria Kristin Yulianti merebut medali perunggu Olimpiade 2008, Bellaetrix Manuputty merebut medali emas SEA Games Myanmar 2013, dan Lindaweni Fanetri merebut medali perunggu di Kejuaraan Dunia Bulutangkis di Jakarta 2015. Setelah itu, para pemain tunggal putri ini terlihat kehilangan konsistensinya dalam bermain.
Di awal 2019, Fitriani berhasil merengkuh juara di Thailand Masters Super 300 setelah mengalahkan andalan Thailand Busanan Ongbamrungphan dengan skor 21-12 dan 21-14. Cukup menggembirakan bagi publik di tanah air. Namun setelah itu, Fitriani belum mampu menjaga konsistennya dalam beberapa tur diikuti, bahkan seringkali tergelincir di babak pertama ataupun babak kedua.
Harapan besarpun ada pada Gregoria Mariska Tunjung, srikandi berdarah Wonogiri ini berhasil meraih emas di Kejuaraan Dunia Bulutangkis Junior 2017 setelah mengalahkan Han Yue asal Tiongkok. Sama halnya dengan Fitriani, Gregoria pun nampaknya belum bisa menjaga konsistensi dalam menembus persaingan tunggal putri top ten.
Demikian pula dengan beberapa pemain lainnya seperti Ruselli Hartawan, Choirunnisa, dan Asty Dwi Widyaningrum belum bisa menyalip rekan kompratriotnya. Baru Ruselli Hartawan yang bisa meraih medali perak di Sea Games 2019.
Pergantian pelatih demi pelatih sudah dilakukan oleh PBSI seperti mendatangkan kembali Riony Mainaky dari Jepang. Tetap saja masalah inkosistensi masih menjadi masalah utama para pemain tunggal putri pelatnas. Padahal di tahun 2020 event Uber Cup sudah menunggu di Denmark.
Tim Uber Putri Indonesia, terakhir kali meraih gelar juara pada tahun 1996, setelah di final menggasak Cina 4-1. Tentunya publik sangat mengharapkan Gregoria dkk dapat mengulangi prestasi supremasi tertinggi beregu putri tersebut.
Selain Uber Cup, Olimpiade adalah event yang paling didambakan bagi seluruh atlit bulutangkis dunia. Tunggal putri Indonesia, terakhir kali meraih medali adalah pada Olimpiade 2008 atas nama Maria Kristin Yulianti setelah mengalahkan Lu Lan asal Tiongkok dengan skor 11-21 21-13 dan 21-15.
Pecinta bulutangkis di tanah air tentunya sangat mendambakan prestasi gemilang dapat ditorehkan kembali oleh para srikandi Indonesia agar kembali disegani di tingkat dunia. Kita tentu semua berharap Gregoria Cs dapat bersaing dengan tunggal putri elit seperti Tai Tzu Ying, Chen Yu Fei, maupun Carolina Marin. Harapan dan doa tentu selalu kita panjatkan. Ayo bangkit tunggal putri Indonesia!.
Penulis: Pang Jannis