Mancanegara

AS Tetap Mempertahankan Opsi Militer Dalam Menghadapi Ancaman Rudal dan Nuklir Korea Utara

NUSANTARANEWS.CO – Amerika Serikat (AS) tidak akan mengabaikan opsi militer dalam menangani ancaman rudal dan nuklir Korea Utara kata Wakil Presiden AS Mike Pence saat berbicara di Washington, Rabu (14/02/2018) kemarin. Pence juga mengecam keras Korea Utara dan menyebut Korea Utara sebagai “rezim yang paling tirani dan menindas di dunia.”

Pence menegaskan bahwa kebijakan AS menekan Korea Utara tidak akan berubah sampai Korea Utara mengambil langkah menuju denuklirisasi. Ini adalah hal yang sangat penting untuk dipahami oleh Korea Utara mengenai kebijakan Washington tersebut.

Di samping itu, Pence menambahkan bahwa AS dan masyarakat internasional juga tidak akan mengubah sikap kecuali Korea Utara sepenuhnya dan secara permanen serta terverifikasi menanggalkan program rudal dan nuklirnya.

Terkait dengan denuklirisasi itu, Pence mengatakan bahwa AS dan Korea Selatan telah menyetujui persayaratan untuk keterlibatan diplomatik di masa depan dengan Korea Utara sebagaimana dikutip oleh Washington Post pada hari Minggu.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

Dalam sebuah wawancara dengan Washington Post, Pence mengindikasikan kemungkinan adanya dialog antara AS dengan Korea Utara dengan mengatakan, apabila Korea Utara ingin dialog maka AS akan berdialog.

Gedung Putih telah mengindikasikan bersedia untuk duduk dan berbicara dengan Korea Utara di tengah tekanan yang terus berlangsung. “Jika Anda ingin bicara, kita akan bicara, kata Pence.

“Jadi kampanye tekanan maksimal akan terus berlanjut dan diintensifkan. Kita semua akan tetap bersatu dalam komitmen bersama bahwa rezim Kim di Korea Utara harus secara permanen meninggalkan program senjata nuklir mereka,” tambahnya.

Sementara itu, Korea Selatan mengatakan bahwa presidennya, Moon Jae-in, telah ditawari sebuah pertemuan dengan Kim di Pyongyang melalui saudara perempuannya. Moon Jae-in kemudian mendorong solusi diplomatik atas kebuntuan yang terjadi selama ini terkait program senjata nuklir Korut yang mampu menghantam AS.

Terbukanya pintu hubungan Korsel-Korut telah memicu spekulasi bahwa hal itu dapat menjadi jalan menuju pembicaraan langsung antara Washington dan Pyongyang setelah berbulan-bulan terlibat ketegangan dan retorika antara Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un. (Banyu)

Related Posts

1 of 53