Berita UtamaMancanegaraOpiniTerbaru

AS Telah Menghancurkan Negara Produsen Energi Pemasok Eropa

AS telah menghancurkan negara produsen energi pemasok Eropa
AS telah menghancurkan negara produsen energi pemasok Eropa

NUSANTARANEWS.CO – Bila kita menoleh ke belakang, krisis energi yang menyebabkan melonjaknya harga migas di Eropa dan dunia hari ini – bukanlah terjadi secara tiba-tiba karena operasi khusus yang digelar Rusia di Ukraina. Coba perhatikan ketika negara-negara pemasok energi dunia (terutama ke Eropa) telah dihancurkan satu-persatu oleh Amerika Serikat (AS) seperti Irak, Libya, Yaman dan Suriah – di negara terakhir AS bahkan tidak malu-malu melakukan pencurian minyak setiap hari.

Demikian pula dengan sanksi ekonomi terhadap penghasil minyak utama lainnya seperti: Iran, Venezuela, dan Rusia. Jadi krisis energi dan melonjaknya harga migas jelas bukanlah ujuk-ujuk karena operasi khusus militer Rusia di Ukraina.

Boleh jadi, operasi khusus Rusia di Ukraina hanya mempercepat krisis energi tersebut yang telah dimulai oleh AS selama dua dekade terakhir dengan proxy war yang kemudian dikenal dengan “Revolusi Warna” dan “Arab Spring” – di mana seiring dengan proxy war itu, produksi minyak mentah AS terus meningkat secara signifikan.

Baca Juga:  Membanggakan, Pemkab Pamekasan Kembali Raih Anugrah Adipura Tahun 2023

AS yang pada tahun 1941 menyatakan diri sebagai negara net oil importer dan dicabut pada 2015 – AS langsung melejit menjadi negara produsen minyak terbesar dunia. Bahkan pada akhir 2018 produksinya mencapai 11 juta bph, menggeser posisi eksportir nomor satu dunia, Arab Saudi. Sebelum tahun 2015, konsumsi minyak dalam negeri AS sebesar 22 juta bph, di mana 13,5 juta bph berasal dari impor dan Kawasan Timur Tengah adalah pemasok utama kebutuhan minyak AS.

AS juga diperkirakan akan menggeser posisi Rusia sebagai produsen minyak mentah terbesar di dunia. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa produksi minyak shale Amerika terus meningkat.

Di luar AS, memasuki abad 21, pertumbuhan ekonomi Cina yang begitu pesat sejak tahun 2009 telah menjadikan Cina sebagai negara pengimpor energi minyak terbesar di dunia. Cina sangat membutuhkan minyak karena sebagian besar industrinya (lebih dari 60%) merupakan industri manufaktur yang sangat besar kebutuhan minyaknya. Boleh dikata minyak adalah nyawa keberlangsungan roda pembangunan di Cina.

Baca Juga:  Membanggakan di Usia 22 Tahun, BPRS Bhakti Sumekar Sumbang PAD 104,3 Miliar

Tidak mengherankan bila pada tahun 1993, ketika Cina menyatakan diri sebagai negara net oil importer – Cina secara agresif langsung memburu ladang-ladang minyak di berbagai belahan dunia. Ladang minyak milik Arco di Laut Jawa menjadi korban pertama yang dicaplok Cina sejalan dengan kepentingan nasionalnya The Priority Grand Strategy yakni daya upaya untuk mendapatkan akses ke sumber minyak di seluruh dunia

Pada tahun 2001, Cina telah mengimpor minyak sebesar 6,2 juta barel perhari (bph) yang setengahnya berasal dari negara-negara Timur Tengah. Dan setelah lebih dari seperempat abad menjadi negara pengimpor minyak – Cina kini berhasil menguasai 50% cadangan minyak dunia terbukti. Bahkan 30% saham Oil Sent Kanada telah dikuasai Cina. Termasuk di kawasan Amerika Latin, seperti Venezuela. Di Kuba, Cina pun sudah mendapat izin pengeboran. Secara keseluruhan sejak 2018, Cina telah mengimpor 9,1 juta bph.

Untuk pemenuhan energi minyak tersebut, Cina disuplai oleh tiga perusahaan dalam negeri yaitu CNPC (China National Petroleum Cooperation), Sinopec, dan CNOOC. (Agus Setiawan)

Related Posts

No Content Available