Hankam

AS Siap Hadang Ancaman Cyber Warfare Rusia dan Cina

Komandan Angkatan Darat Sersan Mayor John W Troxell (Foto Nusantaranews.co)
Komandan Angkatan Darat Sersan Mayor John W Troxell (Foto Nusantaranews.co)

NUSANTARANEWS.CO, Washington – Non Commission Offirce (NCO) Amerika Serikat (AS) atau setara Tamtama yang sedang tidak ditugaskan dituntut untuk terus belajar agar tetap menjadi pasukan terbaik di dunia. Di depan para pemimpin tamtama senior, Komandan Angkatan Darat Sersan Mayor John W Troxell mengatakan banyak kalangan NCO yang terlibat dalam pasukan gabungan Pentagon. Mulai dari tugas pertempuran, misi operasi khusus bahkan sampai operasi cyber atau cyber warfare.

Kementerian Pertahanaan AS, saat ini tengah menggenjot penguatan strategi nasional. Karena itu, membangun kekuatan mematikan, menurut Troxell terus diupayakan guna menangkal ancaman fisik maupun dunia maya (cyber warfer) dari Rusia dan Cina.

“Bangsa ini akan berada dalam persaingan kekuatan ekonomi, politik, diplomatik dan militer jangka panjang dengan Rusia dan Cina, sehingga semua aspek kekuatan nasional harus dipertahankan,” kata Troxell dalam rilis yang terima redaksi Nusantaranews.co, Rabu (11/4/2018).

Baca Juga:
AS Memandang Kecerdasan Buatan dan Siber Penting Dirancang untuk Hadapi Perang Masa Depan

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

Troxell menambahkan bahwa Rusia dan Cina keduanya tengah mencoba membongkar jaringan ciber dari sekutu Amerika. Bahkan saat ini, penggunaan cyber warfare Rusia masih terus berlangsung. Menurutnya, pendudukan atas Krimea serta partisipasi aktif Rusia dalam operasi di Ukraina Timur menunjukkan bahwa negara yang dipimpin Vladimir Putin itu tengah melanjutkan strateginya untuk menghadapi Barat.

Strategi sama juga dilakukan Cina. Dimana negeri Tirai Bambu tersebut menggunakan kekuatan ekonomi, propaganda, cyber, bantuan asing, dan modernisasi militer untuk memperluas lingkup pengaruhnya ke Laut Cina Selatan dan Timur dan secara global.

Di era borderless yang ditandai era jaringan nircabel (wifi) yang berhasil menumbus batas negara, para militer AS dituntut untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sebab, era baru ini telah menciptakan model peperangan modern, yang kerap disebut cyber warfer.

Baca Juga:
Bantu Operasi Militer, Dua Mahasiswa AS Kembangkan CyberWar 2025

Cyber warfare sendiri merupakan jenis peperangan yang dilakukan di dunia maya dengan menggunakan teknologi canggih dan jaringan nircabel. Beragam model perang ciber dewasa ini yang paling banyak diketahui publik adalah cyber sabotage, yaitu sebuah operasi dunia maya yang bertujuan untuk membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jeringan komputer yang terhubung jaringan internet.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Selain itu, ada cyber attack, yakni suatu aktifitas ciber yang semua jenis tindakannya sengaja ditujukan untuk mengganggu kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity) dan ketersediaan (availability) informasi. Tindakan ini bisa difungsikan untuk menganggu secara fisik maupun dari luar logic sistem informasi.

Adapula spyware, yakni merupakan program yang dapat merekam secara rahasia segala aktivitas online usser. Seperti merekam cookies atau registry. Dan masih banyak lagi model sistem peperangan di lorong virtual dewasa ini. Untuk menghadapi ancaman cyber warfare dari Rusia dan Cina, AS terus melakukan penguatan strategi.

Pewarta: Ardian
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3,051