AS-NATO Provokasi Venezuela Dengan Menggunakan Tangan Tentara Bayaran Kolumbia

AS-NATO provokasi Venezuela dengan menggunakan tangan tentara bayaran Kolumbia.
AS-NATO provokasi Venezuela dengan menggunakan tangan tentara bayaran Kolumbia/Foto: Presiden Nicolas Maduro/colombiareports.com

NUSANTARANEWS, Caracas – AS-NATO provokasi Venezuela dengan menggunakan tangan tentara bayaran Kolumbia. Presiden Nicolas Maduro menuding negara tetangga, Kolumbia mencoba memicu perang setelah terjadi serangan gerilya ke kompleks militer Venezuela yang menyebabkan sekitar 5.000 orang melarikan diri melintasi perbatasan untuk menghindari kekerasan.

Menteri Dalam Negeri Kolombia, Daniel Palacios, melakukan perjalanan ke Arauca pada hari Minggu untuk mengoordinasikan tanggapan kemanusiaan terhadap gelombang pengungsi.

Sementara Menteri Pertahanan Diego Molano pekan lalu juga memerintahkan penambahan pasukan di sisi perbatasan Kolombia.

Merespon kekerasan yang semakin meningkat diperbatasan dengan Kolumbia,  Presiden Maduro dalam pidato di televisi, mendesak para komandan militernya untuk tidak menanggapi provokasi dan meminta kehati-hatian kepada kekuatan negaranya agar tidak bertindak melebihi apa yang diperlukan dan tidak terjebak dalam konfrontasi langsung.

“Karena mereka (AS-NATO dan Kolumbia-Red) ingin meningkatkan [kekerasan] menjadi konflik bersenjata antara kedua negara,” kata Maduro

Menurut Maduro, Presiden Kolombia Ivan Duque semakin otoriter dan mempersiapkan rencana untuk meningkatkan kekerasan antara angkatan bersenjata Venezuela dan kelompok bersenjata ilegal dari Kolombia.

Bulan lalu, ketegangan terus meningkat di perbatasan antara Venezuela dan Kolombia setelah kelompok paramiliter Kolombia menggunakan kekuatan bersenjata untuk memprovokasi pemerintah Venezuela.

Dilaporkan pada hari Kamis, dua tentara Venezuela tewas setelah terkena ledakan ranjau darat di dekat perbatasan dengan Kolombia dan sembilan kombatan lainnya terluka dan harus mendapat perawatan di rumah sakit militer. Pemerintah Venezuela mengklasifikasikan kasus tersebut sebagai serangan teroris.

Menariknya, insiden itu terjadi tepat setelah Kementerian Pertahanan Venezuela mengumumkan kematian dan penangkapan beberapa paramiliter Kolombia di kawasan perbatasan, Sabtu lalu.

Menanggapi intensitas provokasi yang semakin tinggi, Presiden Maduro telah meluncurkan “Operación Escudo Bolivariano 2021” (Operasi Bolivarian Shield 2021), pada bulan Maret. Operasi tersebut memang berhasil mengendalikan gerak maju milisi, namun mengalami kesulitan karena banyaknya bantuan yang diterima oleh kelompok-kelompok para militer tersebut.

Perlu dipahami bahwa di perbatasan Kolombia banyak terdapat kelompok paramiliter, gerilyawan, faksi kriminal, kartel narkoba, tentara bayaran, milisi partai politik, dan lain-lain yang hidup berdampingan dengan angkatan bersenjata reguler Kolumbia.

Semua organisasi ini beroperasi secara paralel, mengendalikan wilayah yang berbeda dan terkadang berkolaborasi atau bertempur satu sama lain – bahkan dengan pasukan reguler. Dengan semua keragaman kelompok bersenjata ini, pemerintah Kolombia kemudian memanfaatkan mereka untuk menyamarkan maksud sebenarnya.

Belakangan persenjataan paramiliter ini semakin kuat, terutama berkat dukungan intensif dan melimpah dari mitra internasional yang berkepentingan – siapa lagi kalau bukan AS-NATO yang memang mengincar cadangan minyak negeri Simon Bolivar yang melimpah tersebut.

Presiden Maduro juga mengatakan bahwa Kolumbia berkepentingan untuk meningkatkan konfrontasi pasukan reguler kedua negara sehingga menjadi pintu masuk Komando Selatan AS atau United States Southern Command (USSOUTHCOM)

Intensitas konfrontasi oleh tentara bayaran Kolumbia yang semakin tinggi diperbatasan boleh jadi sebagai ajang latihan untuk penggunaan angkatan bersenjata di masa depan – sekaligus pembenaran dalih penggunaan militer Kolumbia untuk melakukan agresi ke negeri Bolivarian tersebut. (Agus Setiawan)

Exit mobile version