Mancanegara

AS Minta Sekutunya Bertanggung Jawab untuk Membangun Irak Kembali

NUSANTARANEWS.CO – Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mendesak anggota koalisi yang sejak 2014 turut serta memerangi ISIS di Irak agar mengulurkan tangan membantu kembali pembangunan negara beribukota Baghdad yang telah luluh lantak akibat serangan rudal dan bom.

Pasukan koalisi pimpinan AS dipandang sebagai pihak yang paling berdosa dalam perang Irak. Dalam kurun waktu tiga tahun, koalisi pimpinan Amerika Serikat yang beperang di Irak dan Suriah telah menewaskan sedikitnya 800 warga sipil tak berdosa. Lembaga-lembaga HAM internasional dan tim pemantau menyebutkan perang di Irak dan Suriah, koalisi pimpinan AS telah menewaskan hampir 6.000 warga sipil. AS sendiri tak membantah banyak serangannya yang mengakibatkan rusak bangunan dan tewasnya warga sipil.

Kelompok pemantau Airwars menyebutkan, dari tahun 2014-2017, koalisi AS telah menewaskan paling tidak 5.961 warga sipil. Selama tiga tahun tersebut, koalisi AS juga telah melakukan lebih dari 28.000 kali melepaskan serangan bom. Hal ini tercatat dalam laporan sebanyak 1.790 laporan korban warga sipil selama dimulainya perang.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Baca juga:
Pasukan Pemerintah Telah Membebaskan Seluruh Irak Dari Kekuasaan ISIS
Perang 3 Tahun, Koalisi AS Bunuh 6.000 Warga Sipil di Irak dan Suriah
AS dan NATO Berencana Dirikan Akademi Militer di Irak

AS dan sekutu menempatkan sedikitnya 10.000 pasukan di Irak sejak 2014. Dan kini perlahan sudah mulai ditarik menyusul kalahnya ISIS. Irak diperkirakan akan membunuhkan dana sedikitnya US$ 88,2 miliar atau setara Rp 1.200 triliun untuk pembangunan kembali negara tersebut. Hal itu diungkapkan Menteri Perencanaan Irak, Qusay Abdufattah dalam sebuah konferensi pers.

Banyak pihak asing yang terlibat dalam perang selama tiga tahun di Irak. Selain Amerika Serikat, Uni Eropa juga terlibat yang terwakilkan dalam pasukan NATO. Selain itu Australia dan Selandia Baru juga mengerahkan pasukannya. Dan nyaris semua negara-negara besar baik di kawasan regional maupun internasional terlibat dalam perang mematikan tersebut.

Karenanya, AS menyerukan kepada semua pihak yang terlibat untuk bertangung jawab membangun kembali negara tersebut. Pembahasan soal ini telah digelar di Kuwait. Para donor dan investor berkumpul untuk membahas upaya membangun kembali ekonomi dan infrastruktur Irak yang runtuh setelah ISIS mengusai hampir sepertiga negara tersebut.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Baca juga: Bush Tidak Menyesal Pernah Invasi Irak dan Afghanistan

Kata Rex, jika masyarakat Irak dan Suriah tidak dikembalikan ke kehidupan normal mereka, maka ISIS berpotensi akan kembali muncul.

Dan kemungkinan skema yang akan dibentuk ialah dengan menggaet investor swasta dan lembaga pembiayaan pembangunan seperti bank pembangunan multilateral. Pembangunan infrastruktur diusulkan dalam bentuk pembangunan kembali rumah sakit, mengembalikan layanan air dan listrik, serta mengembalikan anak-anak ke sekolah.

Untuk bidang militer dan pertahanan, AS dan NATO bulan lalu mengumumkan rencana pembangunan akademi militer untuk melatih tentara pemerintah Irak dan pengembangan doktrin militer untuk kementerian pertahanan Irak. Karena bagaimana pun, AS dan NATO masih menempatkan 4.000 tentaranya dengan dalih menjaga stabilitas keamanan.

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3