HankamMancanegara

AS Memandang Kecerdasan Buatan dan Siber Penting Dirancang untuk Hadapi Perang Masa Depan

Pemberian tag data sebagai upaya kecerdasan buatan yang dirancang untuk membantu dalam menganalisis citra menghadapi perang masa depan. (Foto: enior Airman Lynette M. Rolen)
Pemberian tag data sebagai upaya kecerdasan buatan yang dirancang untuk membantu dalam menganalisis citra menghadapi perang masa depan. (Foto: Senior Airman Lynette M. Rolen)

NUSANTARANEWS.CO, Washington – Departemen Pertahanan menggelar Konferensi Masa Depan Perang Amerika Serikat (New America Future of War Conference) yang membahas terkait rancangan kecerdasan buatan untuk kepentingan keamanan nasional.

Wakil Menteri Pertahanan untuk Bidang Penelitian dan Rekayasa AS Michael D Griffin mengungkapkan keterlibatan kecerdasan buatan sangat penting dirancang untuk menghadapi masa depan peperangan yang terus mengalami perubahan setelah Perang Dunia II dan Perang Dingin.

Konferensi kecerdasan buatan untuk kepentingan perang di masa depan ini merupakan bagian dari proyek Future of War yang diselenggarakan bersama New America dan Arizona State University yang mempertemukan para pemimpin dari Departemen Pertahanan, akdemisi, jurnalis dan industri swasta untuk mengeksplorasi isu-isu mengenai keamanan dan pertahanan internasional.

Baca juga: Indonesia-Amerika Serikat Bahas Penanganan Terorisme Maritim dan Pemberantasan IUU Fishing

Namun begitu, konferensi kecerdasan buatan untuk kepentingan perang ini tetap membahas perang konvensional dan menjadikannya sebagai bagian integral dari pertahanan nasional. Griffin mengatakan, ada banyak ruang untuk memperluas strategi pertahanan dan menambahkan kecerdasan buatan untuk inklub dalam strategi tersebut, dan itu dipandang sangat penting.

Baca Juga:  Penghasut Perang Jerman Menuntut Senjata Nuklir

“Kami tidak melupakan fakta bahwa ada banyak dimensi keamanan nasional. Tapi kita harus menambahkan sesuatu yang baru tanpa melupakan aspek lainnya. Ini merupakan disiplin yang harus kita tambahkan,” kata Griffin.

Griffin menilai, serangan siber dan kecerdasan buatan secara alami akan terjadi ketika negara mencari cara baru untuk menaklukkan musuh mereka. Sebab, setiap negara memiliki cara tersendiri untuk bisa mengalahkan musuh dan menang atas orang lain.

“Kita memiliki perangkat yang telah matang di depan, kita memiliki perangkatnya. Namun, kita boleh mengambil kesimpulan bahwa ini akan menjadi keuntungan nyata, kita juga tidak bisa membiarkan orang lain menjadi satu-satunya yang meraup keuntungan itu,” jelasnya.

Baca juga: Rockwell Collins Jawaban Bagi Badan Logistik Pertahanan Amerika

Mangacu pada Strategi Pertahanan nasional, kata Griffin, AS dapat memodernisasi lebih dari 10 aspek keamanan nasional, termasuk kecerdasan buatan, untuk tetap selalu siap menghadapi masa depan perang di ranah siber.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

“Dalam masyarakat yang maju, pengembangan strategi berbeda sudah sangat meningkat dan rawan. Kecerdasan buatan dan siber telah menawarkan kemungkinan musuh memanfaatkan itu juga. Kita harus memastikan bahwa kita tidak gagap menghadapinya,” pungkasnya. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,051