Mancanegara

AS Gagal Membangun Koalisi Keamanan Maritim di Teluk Persia

AS gagal membangun koalisi kemanan maritim copy
AS gagal membangun koalisi keamanan maritim di Selat Hormuz/Foto: Arabnews

NUSANTARANEWS.CO – AS gagal membangun koalisi keamanan maritim di Teluk Persia. Pada 5 Agustus 2019, Inggris bersedia bergabung dengan misi pengawalan kapal tanker di wilayah Teluk Persia yang diorganisir oleh Amerika Serikat (AS). Meski begitu, para pejabat tinggi Inggris menekankan bahwa keterlibatan mereka dalam misi itu tidak merubah kebijakan London terhadap Iran. Keterlibatan Inggris sama sekali tidak berhubungan dengan sanksi Washington terhadap Teheran.

Jerman juga telah menolak ajakan AS untuk bergabung dalam misi pengamanan Selat Hormuz tersebut. Berlin menanggapi dengan menekankan bahwa mereka tidak ingin menjadi bagian dari kampanye “tekanan maksimum” Washington melawan Teheran.

Menteri Luar Negeri Heiko Maas berpendapat bahwa solusi militer bukanlah jawaban untuk menembus kebuntuan ketegangan AS-Iran.  Maas menambahkan bahwa jalur diplomasi merupakan pilihan yang rasional. Pernyataan Maas mendapat dukungan dari Kanselir jerman Angela Merkel.

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyatakan bahwa Gedung Putih telah gagal membangun koalisi angkatan laut sekutu melawan Teheran di Teluk Persia karena negara-negara yang menjadi “teman-teman Washington terlalu malu berada dalam koalisi dengan” AS.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Presiden Iran Hassan Rouhani juga menegaskan kembali penolakannya terhadap rencana AS untuk koalisi maritim di Teluk Persia, dengan mengatakan bahwa negara-negara Teluk dapat melindungi keamanan regional mereka sendiri.

“Tidak perlu menarik pasukan asing untuk menjaga keamanan di Teluk,” tegas Rouhani.

Sementara itu, pada hari Kamis, kapal supertanker Iran Grace 1 telah dibebaskan oleh otoritas Gibraltar yang menolak permintaan Washington untuk mentransfer kapal tanker tersebut ke wilayah hukum AS.

Seperti telah diberitakan, pada awal Juli, marinir Inggris dan polisi Gibraltar telah membajak sebuah kapal tanker Iran di lepas pantai selatan Semenanjung Iberia yang diduga mengangkut minyak mentah ke Suriah – yang dianggap melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Damaskus. Iran mengutuk “langkah ilegal” Inggris, dan menolak klaim bahwa supertanker itu membawa minyak mentah untuk Suriah. Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan London bahwa tindakan itu sama saja dengan dengan pembajakan.

Seminggu kemudian Korps Pengawal Revolusi Islam membalas dengan menyita kapal tanker Inggris, “Stena Impero”, ketika melewati Selat Hormuz dalam perjalanan ke Arab Saudi.

Baca Juga:  Rusia Menyambut Kesuksesan Luar Angkasa India yang Luar Biasa

Washington sendiri telah berupaya keras membangun koalisi internasional untuk menjaga keamanan maritim di Teluk Persia setelah beberapa insiden tanker di Selat Hormuz.

Cina adalah salah satu negara yang sangat berkepentingan dengan kemanan jalur perairan strategis tersebut, karena sebagian besar impor minyak Cina berasal dari kawasan Timur Tengah. Meski begitu, tidak mungkin Cina bergabung dengan koalisi maritim AS.

Media Cina sendiri menyebut bahwa Beijing tidak mungkin bergabung dengan misi maritim AS tersebut. Keinginan itu hanya “angan-angan”, tulis media itu.

“Ini jelas angan-angan. Iran adalah mitra strategis Cina, dan kedua negara berkomitmen menjaga perdamaian dan stabilitas di Teluk Persia. Koalisi seperti itu hanya akan merusak kepentingan Iran dan Cina”.

Angkatan Laut Cina sendiri telah mengerahkan armadanya dalam misi pengawalan ke Teluk Aden, dan mendirikan pangkalan militer di Djibouti untuk kapal-kapal perangnya. (Banyu)

Related Posts

1 of 3,076