NUSANTARANEWS.CO, Iran – Presiden Iran Hassan Rouhani menolak keras ide Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membuat kesepakan nuklir baru dengan Iran. Ide Trump dan Macron ini dinilai bertindak sepihak dengan mengumumkan rencana membuat perjanjian nuklir baru yang merivisi perjanjian nuklir tahun 2015.
“Anda (Trump), bersama dengan pemimpin dari beberapa negara Eropa, memutuskan untuk mencapai kesepakatan baru dengan tujuh negara. Siapa yang mengizinkan Anda melakukan itu?,” kata Hassan Rouhani dengan nada keras dalam sebuah forum di kota barat laut Iran, Tabriz, pada hari Rabu (25/4/2018).
Baca juga:
- Aktivitas Siber Rusia, Cina, Iran dan Korut Mengkhawatirkan
- UE Tetap Pada Komitmen, Tidak Ada Rencana Untuk Merundingkan Kembali Kesepakatan Nuklir Iran 2015
- Turki, Rusia dan Iran Gelar Pertemuan Trilateral Bahas Konflik Suriah
- Vladimir Putin Kembali Pimpin Rusia: Jerman dan Jepang Mengintrik, Cina dan Iran Sumringah
Menurut pengakuan Rouhani, seperti dikutip dari Al Jazeera, sebelumnya ia sudah beberapa kali membahas masalah ini dengan Macron. Dan tentu Rouhani menyampaikan penolakan tegasnya terhadap usul Macron.
“Saya telah berbicara dengan Macron beberapa kali melalui telepon, dan sekali secara langsung. Saya katakan pada Macron secara eksplisit bahwa Iran tidak akan menambahkan atau menghapus klausul apapun pada kesepakatan itu. Bahkan satu kalimatpun tidak akan kami ubah. Kesepakatan nuklir ini tetap tidak akan berubah,” tegas Rouhani, Kamis (26/4).
Tak hanya itu, Rouhani pun menyinggung peryataan Trump yang sering mengatakan, perjanjian nuklir Iran merupakan kesepakatan yang paling buruk dalam sejarah AS. “Donald Trump sering mengatakan kesepakatan ini adalah sangat buruk. Jika kesepakatan ini sangat buruk, lalu mengapa pemerintah AS menandatanganinya?” tegasnya mempertanyakan pernyataan Trump.
“Bagaimana seorang pengusaha, konstruktor bangunan, konstruktor menara, tiba-tiba membuat penilaian tentang masalah internasional,” imbunya menyingdir latar belakang Trump sebagai pengusaha properti yang dinilai tidak memiliki kapasitas dalam urusan politik internasional.
Rouhani mengaku juga telah memberikan peringatan keras kepada Trump. “AS akan menghadapi ‘konsekuensi berat’ jika kesepakatan nuklir 2015 dibatalkan. Iran akan kembali melakukan pengayaan uraniumnya jika kesepakatan tersebut dicederai,” tegas Rouhani.
Untuk diketahui, kesepakatan nuklir Iran dicapai ketika AS dipimpin oleh Barack Obama pada tahun 2015. Kesepakatan ini ditandatangani oleh AS, Iran, Prancis, Rusia, Jerman, Cina, dan Inggris. Dalam kesepakatan tersebut, Iran berkomitmen menghentikan pengayaan uraniumnya. Sebagai konsesi atas kesepakatan ini, sanksi ekonomi atas Iran dicabut.
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana