OpiniPolitik

Arus Bawah Bingung Milih Siapa?

ILUSTRASI: Calon yang diusung pada Pilkada 2018 mendatang. (Foto: Istimewa)
ILUSTRASI: Calon yang diusung pada Pilkada 2018 mendatang. (Foto: Istimewa)

Oleh Hanif Kristianto*

Meneropong Pilgub Jatim 2018 (Bagian-11)

NUSANTARANEWS.CO – Menjelang pencoblosan Pilgub Jatim 2018 ada gejolak di arus bawah. Khususnya kalangan rakyat yang memiliki kepentingan di Pilgub Jatim. Sementara itu, alat-alat partai dan tim suksesnya bergerak massif untuk meraup dukungan suara. Tebar pesona dan jualan program sudah dilakoni.

Ada dua hal krusial dalam pilgub Jatim. Terlebih bagi pemilih yang memiliki identitas ‘radikal’ dalam menentukan pilihan. Termasuk yang memiliki kesadaran politik dan menginginkan perubahan dipimpin oleh orang yang kapabel dan amanah.

Pertama, beredar luas seruan di lini media sosial untuk tidak memilih partai pendukung penista agama. Tampaknya sisa-sisa pilgub DKI 2017 coba dibawa ke daerah. Untuk pilgub Jatim dalam broadcast yang viral sudah tertera nama Gus Ipul-Puti. Standar yang dipakai yakni keberadaan PKS dan Gerindra. Bisa jadi suara alumni 212 condong ke Khofifah-Emil. Umat Islam yang memiliki ghiroh Islam pun menunggu seruan lanjutan dari panutannya.

Tampaknya ini pilihan sulit di antara pilihan sulit. “Tidak memilih rugi, memilih kok bingung sendiri”. Demikianlah suasana arus bawah. Kondisi ini wajar terjadi, mengingat politik demokrasi tak mengenal basis ideologi. Semuanya cair bergantung kepentingan dan posisi yang ingin diraih. Serta yang paling menonjol di benak umat yakni tercerabutnya pemikiran dan hukum Islam berkaitan politik. Kalaulah menggunakan dalil politik Islam dalam kondisi demokrasi tentu tidak pas. Bisa jadi yang terjadi malah ‘dalih’, bukan dalil yang bersumber dari quran dan sunnah. Seperti blunder ada fatwa “fardhu ‘ain” memilih Khofifah.

Baca Juga:  Turun Gunung Ke Jatim, Ganjar Bakar Semangat Bongkar Kecurangan Pemilu

Kedua, arus bawah dibikin geleng kepala. Kedua calon sama-sama dari NU. Gus Ipul mewakili bapak-bapak dan Khofifah mewakili ibu-ibu. Sering ada harapan dari arus bawah, “kok nggak gabung aja Khofifah sama Gus Ipul?” Tampaknya pertanyaan tadi belum ada jawaban resmi dari sang empunya.

Kedua calon pun memanfaatkan posisinya, baik terselubung atau terang-terangan. Ada pula yang menyayangkan ‘arus bawah NU’ digiring untuk condong pada salah satu pasangan. Hal ini diungkapkan sesama badan otonom NU.

Bagi arus bawah yang tidak memiliki kepentingan politik dan massa mengambang, mudah saja diarahkan ke salah satu paslon. Semuanya bergantung orang dekat yang memengaruhinya. Ketidakpahaman kaitannya politik bagi arus bawah, merupakan wujud kegagalan pendidikan politik. Hal yang sangat disayangkan dari banyak partai yang tidak mendidik rakyat dengan pemahaman yang benar berdasarkan Islam.

Sesungguhnya persoalan suksesi pemimpin di daerah bukan soal milih dan tidak milih. Persoalan sesungguhnya yaitu rakyat yang mayoritas umat Islam ini haruslah dibimbing untuk memahami politik Islam. Bukan malah dicekoki dengan politik demokrasi yang seringnya basa-basi dan memanipulasi rakyat.

Baca Juga:  Relawan Lintas Profesi Se-Tapal Kuda Deklarasi Dukung Khofifah di Pilgub Jatim

Tatakala rakyat memiliki pemikiran dan kesadaran politik Islam, maka rakyat akan paham bahwa politik itu berkaitan dengan mengurusi urusan rakyat. Jika pemimpin itu muslim, maka landasan kepemimpinan dan aturannya berdasarkan syariah Islam. Kepemimpinan bukan soal perebutan jabatan dan prestise kehidupan. Persoalan kepemimpinan harus dimaknai sebagai janji berat dan pertanggung jawaban dunia-akhirat.

Bagi parpol yang berkompetisi, jadilah parpol yang berkomitmen untuk membela kepentingan rakyat. Rakyat tidak butuh contoh buruk dari sikap kader yang koruptif, manipulatif, dan anarkis. Rakyat tidak butuh janji-janji lalu yang membuat hati pilu.

Bagi calon pemimpin yang mengincar jabatan, jadilah teladan dan mengayomi rakyat. Putuskanlah setiap hukum dengan hukum Allah. Karena dengan itu Anda akan selamat dan membawakan kehidupan yang lebih berkah diridhoi Allah. Jangan memutuskan hukuman berdasar hawa nafsu atau kepentingan tuanmu. Buktikan motto ‘Kerja Bersama Jatim Sejahterah’ dan ‘Kabeh Dulur Kabeh Makmur’.

Beragam peristiwa politik bagi rakyat hendaknya diambil pelajaran. Politik demokrasi senantiasa dipenuhi intrik dan manusia rebutan jabatan. Saatnya rakyat memiliki kesadaran untuk betul-betul bersuara tegas dalam koreksi penguasa. Perjuangan politik harus diwujudkan persama partai politik Islam ideologis. Jangan sampai tertipu lagi untuk yang kedua kali. Waspadalah. Di tengah kebingungan arus bawah memilih, kepada Allah jua serahkan segala urusan.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024, Gus Fawait: Bukti Pemimpin Pilhan Rakyat

*Penulis adalah Analis Politik dan Media

Related Posts

1 of 3,164