Berita UtamaFeaturedHukum

Aris Budiman Beberkan Gesekan Dua Kubu di Internal KPK

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Brigjen Aris Budiman membeberkan adanya dua kubu yang berseteru di internal lembaga tersebut. Dua kubu tersebut merupakan penyidik independen dan penyidik KPK yang direkrut dari kepolisian.

Awalnya, Wakil Ketua Pansus, Masinton Pasaribu menanyakan bahwa di dalah satu media dikatakan bahwa di KPK terdapat dua geng di internal lembaga pimpinan Agus Rahardjo CS itu.

“Benar tidak ini ada geng-geng ini? Polisi dan non-Polisi?” tanya Masinton.

Aris menyatakan sebenarnya tidak ada yang namanya geng-gengan di institusi tempat ia bekerja saat ini itu.

“Sebenarnya barang kali bukan geng yah, yang saya alami dan saya rasakan ada kesulitan-kesulitan tertentu dalam pelaksanaan tugas saya disana. Kelihatannya hal ini akan mengganggu kinerja KPK,” katanya di Gedung DPR RI.

Lebih jauh ia menjelaskan sebagai direktur penyidikan, Aris mengaku sangat membutuhkan penyidik. Karena itu, Aris beberapa kali mengusulkan untuk merekrut penyidik dari pihak kepolisian yang berpangkat komisaris polisi (kompol).

Baca Juga:  Ramadan, Pemerintah Harus Jamin Ketersediaan Bahan Pokok di Jawa Timur

Menurutnya ide tersebut sudah dibawa ke dalam rapat dengan Deputi Bidang Penindakan KPK dan telah disetujui. Namun dalam pelaksanaannya, surat permintaan yang dikirim ke Polri malah berpangkat ajun komisaris polisi (AKP).

Usut punya usut rupanya hal tersebut terjadi lantaran ada pertentangan dari segelintir kelompok yang tidak setuju dengan kebijakannya itu.

“Ada penyidik yang menentang apa yang saya usulkan. Mereka menyatakan selama ini kami menerima AKP, tapi bagi saya yang penting punya profesionalisme bagus,” paparnya.

Aris mengatakan, alasan lain yang disampaikan penentang adalah karena jika penyidik berpangkat Kompol direkrut sebagai penyidik di KPK, pelaksanaan tugas di KPK tidak akan berjalan efektif. Bahkan terkesan menggangu stabilitas kerja KPK.

Aris pun bercerita, pernah mengusulkan kasatgas penyidikan dari Polri. Namun, kebijakan itu lagi-lagi ditentang oleh si penentang.

“Ditiupkan isu saya merekrut Kombes,” katanya.

Aris melanjutkan, puncaknya pada 14 Februari 2017 lalu, dia dikirimi email yang isinya menyerangnya secara personal.

Baca Juga:  Pemdes Jaddung Salurkan Bansos Beras 10 kg untuk 983 KPM Guna Meringankan Beban Ekonomi

“Tentu saya marah dan tersinggung karena menghina saya. Dikatakan saya tidak berintegritas,” katanya.

Ketika diserang seperti itu, Aris mencoba meredam situasi dengan hanya melaporkan perbuatan si penentang itu kepada pimpinan KPK. Namun, satu minggu berlalu tidak ada tindakan dari pimpinan KPK.

Tak kuat, kemudian Aris pun menghadap ke pimpinan dan menyatakan bahwa tidak benar organisasi jika berjalan seperti ini.

“Saya selalu katakan kalau saya di sana ada “klik” yang menurut saya membahayakan organisasi. Lalu saya bilang orang ini terlalu powerfull barangkali bisa mempengaruhi kebijakan,” katanya.

Pernyataan Aris pun membuat Anggota Pansus Junimart Girsang yang ada di forum penasaran dan menanyakannya secara gamblang.

“Apakah penyidik yang keras menentang ini penyidik senior?” tanya Junimart.

“Tidak menentang secara terbuka dalam hal ini adu konsep, ide, dan lain-lain,” jawabnya.

“Baik, apakah penyidik ini namanya Novel Baswedan?” tanya Junimart lagi.

“Iya,” jawabnya.

Pewarta: Restu Fadilah
Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 9