NUSANTARANEWS.CO – Arab Saudi tengah menghadapi kabar tak sedap terkait mundurnya Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri. Saudi dituding telah menekan Hariri untuk mundur sekaligus menjadikannya tahanan karena hampir dua pekan ia berada di Saudi tanpa kejelasan kapan akan kembali ke negaranya.
Pada 4 November lalu, Hariri mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Perdana Menteri Lebanon dengan alasan nyawanya terancam. Ia mengumumkannya melalui saluran TV yang memicu kemarahan Presiden Lebanon Michel Aoun.
Aoun menegaskan, kalau memang Hariri serius mengundurkan diri, seharusnya ia kembali ke Lebanon dan mengumumkannya di sana atas persetujuan pemerintah, bukan memutuskannya secara sepihak.
Selain itu, Aoun juga curiga mengapa Hariri tak kunjung pulang. Ia menduga, Arab Saudi telah menjadikan Hariri sebagai tahanan meski Saudi membantahnya.
Sikap intervensi Arab Saudi terhadap pemerintahan Lebanon ini memicu beragam spekulasi. Muncul dugaan, Arab Saudi tengah memainkan proxy untuk menciptakan kekacauan di Lebanon guna memberikan kesempatan kepada Israel melakukan penyerangan dengan dalih menjaga stabilitas keamanan. Apalagi, Israel diketahui sudah sangat bernafsu kembali menyerang Lebanon yang disebut-sebut menjadi basis kelompok Hizbullah.
Hizbullah merupakan musuh bebuyutan Israel. Dan persekongkolan Arab Saudi-Israel sudah bukan rahasia lagi, khususnya di Timur Tengah. Dan Israel masih trauma atas kekalahan menyakitkan mereka pada perang tahun 2006 silam, di mana pasukan Israel terpaksa ditarik mundur dari Lebanon karena banyak yang tewas. Bayangkan saja, perang yang berkecamuk selama 33 hari itu, lebih dari 120 tentara Israel tewas lalu memicu Tel Aviv menarik mundur pasukannya.
Perang waktu itu sekaligus mengejutkan Israel. Mereka tak pernah menyangka Hizbullah sudah begitu kuat dan mahir dalam berperang, tidak seperti pada tahun 1982 di mana Israel begitu mudah menduduki separuh wilayah Lebanon, mengepung Beirut, dan memaksa pemerintah Lebanon menandatangani perjanjian damai yang menguntungkan Israel.
Cerita manis itu kini hanya tinggal kenangan. Hizbullah saat ini sudah sangat kuat dan sangat siap kembali menghadapi Israel. Apalagi, Hizbullah juga diduga mendapat sokongan dan dukungan dari Iran yang juga merupakan musuh bebuyutan Arab Saudi dan Israel. Belum lagi Suriah yang pro Iran di bawah kepemimpinan Bashar Al Assad.
Kendati pemimpin Hizbullah, Hasan Nasrallah meyakini Israel tak akan berani menyerang mereka, ia yakin Arab Saudi kini tengah memainkan perannya untuk mengacaukan situasi Lebanon lewat penahanan Hariri.
Lagi pula, jika Israel menyerang Lebanon, Rusia tentu tak akan tinggal diam. Dalam sebuah statemennya, seorang Deputi Menlu Rusia usai mengadakan pertemuan dengan petinggi Lebanon Ghassan Hasbani dengan tegas mengintrik Arab Saudi yang ikut campur urusan pemerintahan Lebanon.
“Rusia menekankan penyelesaian masalah mendeska dalam agenda nasional Lebanon harus diselesaikan mereka sendiri, tanpa campur tangan dari luar,” kata Mikhail Bogdanov seperti dikutip Sputnik.
Sindiran Rusia ini jelas ditujukan kepada Arab Saudi dan Israel yang begitu bernafsu mencaplok Lebanon. (red)
Editor: Eriec Dieda