EkonomiHankamHukumPolitik

Apakah Indonesia Masih Mampu Bertahan Hingga Tahun 2030?

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pertanyaan muncul apakah Indonesia, yang selama ini mampu bertahan hingga 72 tahun akan mampu bertahan hingga hari jadinya yang ke-100 tahun di 2030? Seperti apa tantangan riil ke depan yang akan dihadapi Indonesia? Bagaimana dan seperti apa tindakan yang harus diambil Indonesia agar mampu menghadapi tantangan di masa mendatang?

Pengamat intelijen Susaningtyas Kertopati menuturkan, dari perspektif ilmu pertahanan maka ancaman di masa mendatang baik yang faktual maupun potensial dapat dibedakan menurut bentuk dan sifatnya. Menurut bentuknya, maka ada ancaman militer dan ancaman non militer.

Baca juga: Hentikan Persekusi, Waspadai Politik Pecah Belah!

“Menurut sifatnya, maka ada ancaman militer itu sendiri dan ancaman nir militer. Kompleksitas bentuk dan sifat ancaman menuntut bangsa Indonesia menyusun strategi hybrid untuk mengantisipasinya,” kata dia dikutip nusantaranews.co, Jakarta, Minggu (25/3/2018).

Dia mengatakan, kita harus mampu berimajinasi membayangkan Indonesia di tahun 2030 sehingga mampu menuangkan strategi yang yang kreatif dan inovatif.

Baca juga: Publik Indonesia Dalam Bayang-Bayang Teror

Baca Juga:  Kumpulkan Kader Potensial, Demokrat Tancap Gas Bahas Persiapan Pilkada Serentak di Jawa Timur

“Sebagai contoh imajinasi para penulis Ghost Fleet dalam novel fiksinya. Para penulis membayangkan ada perang dunia di masa mendatang dengan skenario ada kelompok negara yang menang dan ada kelompok negara yang kalah,”ucapnya.

Kemudian, kata pengamat yang akrab disapa Nuning ini, dari tinjauan matematika kita bisa telaah kedua skenario tersebut merupakan hasil ekstrapolasi menggunakan kombinasi metode projection, forecasting dan foreseen.

Baca juga: Benarkah Perang Candu Kini Menyasar Indonesia?

“Seluruh negara di dunia diekstrapolasikan di masa mendatang dari kondisinya saat ini. Melalui simulasi program komputer, maka hasil akhir kondisi setiap negara dapat dengan mudah diketahui dengan logika,” katanya.

Oleh karenanya, strategi hybrida untuk menghadapinya bisa juga menggunakan metode yang sama. Solusinya kita harus bisa merumuskan formulasi strategi hybrida dengan membuat simulasi nasional setiap gatra di dalam Ketahanan Nasional.

Baca juga: Mewaspadai Perang Non Militer

Selanjutnya, semua sumberdaya nasional baik SDM, SDA dan sumberdaya buatan dapat dianalisa dan disimulasikan secara kuantitatif sehingga dapat diketahui faktor negatif apa yang harus diantisipasi di masa mendatang. Ini penting dilakukan karena seringkali faktor-faktor negatif suatu bangsa adalah hidden factor.

Sebab, secara internal Bangsa Indonesia memiliki kerentanan konflik yang bersumber dari SARA. Dengan metode ilmiah yang tadi dijelaskan, maka salah satu strategi hibrida adalah menyelesaikan secara tuntas akar masalah konflik-konflik yang sekarang masih merebak. Bangsa Indonesia harus bisa memperkokoh persatuan dan kesatuan. Persatuan seluruh suku bangsa Indonesia dan kesatuan wilayah seluruh pulau dan lautan Indonesia.

Baca Juga:  Demokrat Raup Suara Diatas 466 Ribu, Ibas Kokoh 312 Ribu Lebih

Baca juga: Mencermati Adu Domba Allan Nairn

Strategi tersebut juga didukung data dan fakta sejarah bagaimana negara-negara besar saat ini bisa menjadi negara yang maju dan sejahtera setelah tercapai konsensus nasional menyelesaikan akar masalah konflik internal mereka. Setelah itu setiap generasi berikutnya dapat memegang teguh konsensus nasional tersebut untuk selamanya. Jadi, strategi yang jitu menjadi Indonesia Emas 2045 adalah dengan menjaga persatuan dan kesatuan.

Novel fiksi Ghost Fleet: A Novel of The Next World War tentu bukan sebuah lelucon. Jangan pernah meremehkan kekuatan sebuah novel fiksi, apalagi jika ditulis oleh seorang ahli matematika yang kreatif.

Baca juga: Rentetan Peristiwa Kekerasan Terhadap Tokoh Agama Bernuansa Skenario Adu Domba

Namun yang jelas, kata Nuning, kita harus tetap optimis menyikapi segala kemungkinan yang terjadi di masa depan. Bukan dengan pesimisme, tapi dengan kewaspadaan.

Penyiapan kemampuan SDM terdidik dan terlatih sangat penting. Justru dengan ada prakiraan keadaan tahun 2030 itu maka kita harus segera lakukan restrukturisasi dalam segala bidang sebagai antisipasi.

Baca Juga:  Pemdes Jaddung Salurkan Bansos Beras 10 kg untuk 983 KPM Guna Meringankan Beban Ekonomi

Baca juga: Noam Chomsky Tebar Perang Asimetris di Papua Barat

Terlebih, tantangan di masa depan bukanlah semakin mudah namun sebaliknya. Krisis selalu mengintai kita. Krisis pangan, krisis energi, krisis ekonomi, krisis demografi, perubahan iklim, pelambatan pertumbuhan ekonomi, fluktuasi ekstrim harga minyak, turbulensi politik dan instabilitas kawasan, failing/failed dan rogue state, insurgensi dan terorisme, polarisasi hagemoni dunia, dan dimulainya era digitalisasi adalah sedikit dari banyak masalah kontemporer yang menimbulkan ketidakpastian di tingkat nasional, regional, dan global. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 2