EkonomiOpini

Antara Daging Sapi, Keong Sawah dan Keong Racun

NUSANTARANEWS.CO – Di tengah banyaknya isu dan wacana yang diperbincangkan publik saat ini, ada satu yang menarik perhatian publik yaitu tentang Keong.

Wacana ini ramai diperbincangkan berawal dari saran Menteri Pertanian RI , Amran Sulaiman kepada masyarakat untuk beralih mengkonsumsi “tutut” atau keong sawah sebagai pengganti daging sapi di tengah harga daging sapi yang mahal. Dengan pertimbangan nilai protein keong sawah hampir sama dengan daging sapi, maka keong sawah bisa menjadi alternatif untuk dikonsumsi. Wacana ini banjir kritik dari netizen di media sosial, baik facebook, twitter dan sebagainya.

Salah satu yang mengkrtik itu adalah Muhaimin Iskandar atau yang biasa dikenal Cak Imin melalui video yang diunggah di laman facebooknya. “Masa’ orang disuruh makan keong. Gimana Mentri Pertanian ini?”, kata Cak Imin. Dalam video tersebut menurut Cak Imin, tugas pemerintah seharusnya menurunkan harga daging dengan cara swasembada daging, produksi pertanian daging ditingkatkan dan kalau perlu mengimpor daging dengan kualitas yang diharapkan masyarakat. Bukan menyuruh masyarakat untuk makan keong.

Baca Juga:  Harga Beras Meroket, Inilah Yang Harus Dilakukan Jawa Timur

Entah merupakan saran yang benar-benar serius atau hanya sekedar candaan yang diucapkan Menpan RI saat melakukan sidak di pasar Induk Beras Cipinang pada 4 Desember 2017, tetapi hemat saya saran ini bisa memunculkan persepsi negatif dari masyarakat kepada pemerintah. Paling tidak ada dua persepsi negatif yang bisa muncul dalam menilai saran ini.

Pertama, bisa jadi saran ini menggambarkan bentuk frustasi pemerintah karena tidak dapat mengontrol dan mengendalikan harga daging sapi yang sangat mahal, sehingga harus mencarikan daging murah dengan kandungan protein hampir sama dengan daging sapi, dan pilihan alternatifnya adalah keong sawah.

Kedua, bisa jadi saran ini menggambarkan bahwa pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan tidak sesuai apa yang dibutuhkan masyarakat. Yang dibutuhkan masyarakat ketersediaan daging sapi dengan harga murah dan terjangkau, kok yang disarankan makan keong sawah. Inikan tidak nyambung.

Jika penyebab mahalnya harga daging sapi adalah meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi yang tidak dibarengi dengan peningkatan produksi daging sapi, maka seharusnya kebijakan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk bagaimana meningkatkan produksi daging sapi itu sendiri. Baik peningkatan produksi daging sapi melalui para peternak sapi dalam negeri atau kalau perlu melakukan impor daging sapi secara proposional sesuai kebutuhan dan tentu berkualitas.

Baca Juga:  Bangun Tol Kediri-Tulungagung, Inilah Cara Pemerintah Sokong Ekonomi Jawa Timur

Namun pemerintah juga perlu mencanangkan dan melakukan langkah-langkah menuju swasembada daging sapi sekalipun itu butuh proses dan waktu yang cukup lama. Dengan demikian harga daging sapi akan murah dan terjangkau sehingga kebutuhan masyarakat akan daging sapi bisa terpenuhi.

Ramainya perbincangan tentang keong ini membuat saya teringat dengan sebuah lagu yang sempat heboh berjudul Keong Racun yang ditenarkan oleh Sinta dan Jojo. Kurang lebih begini potongan liriknya. “Dasar kau keong racun. Baru kenal eh ngajak tidur. Ngomong nggak sopan santun. Kau anggap aku ayam kampung. Kau rayu diriku. Kau goda diriku. Kau colek diriku. Eh ku takut sekali tanpa basa basi kau ngajak happy happy”. Lalu apa hubungannya daging sapi, keong sawah dan keong racun? Ini hanya soal penggunaan istilah. Yang dibutuhkan daging sapi, yang di arahkan makan keong sawah, bisa jadi kalau tidak terbiasa dan tidak cocok menjadi keong racun.

Baca Juga:  Pemdes Jaddung Salurkan Bansos Beras 10 kg untuk 983 KPM Guna Meringankan Beban Ekonomi

Di akir tulisan ini saya berharap agar masyarakat tidak diracuni dengan kebijakan-kebijakan atau ajakan-ajakan pemerintah yang tidak sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi daging sapi pasti membutuhkan ketersediaan daging sapi bukan malah mengajak masyarakat makan keong sawah.

Berilah kebijakan dan ajakan yang solutif dan sesuai kebutuhan masyarakat. Daging sapi mahal, ya murahkan. Daging sapi langka, ya adakan. Ketika harga beras mahal, wacananya swasembada beras. Kok ketika harga daging sapi mahal, wacananya makan keong sawah. Semoga kita terlindungi dari keong racun.

*Falihin Barakati penulis adalah Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Sulawesi Tenggara yang kini hijrah di Jakarta.

Related Posts

1 of 19