Berita UtamaHankam

Angkatan Udara India Ingin Mengetahui Kemampuan F-35

NUSANTARANEWS.CO, India – Media India melaporkan bahwa Angkatan Udara India telah meminta Lockheed Martin untuk memaparkan mengenai kemampuan F-35 Lightning II. Namun, kabar ini tidak jelas apakah benar? Diberitakan bahwa: “Petinggi IAF secara formal meminta briefing rahasia oleh produsen utama F-35, Lockheed Martin, mengenai kemampuan pesawat tempur generasi kelima tersebut.

Jika laporannya tidak benar, ini bukan yang pertama kalinya. Pada bulan Januari lalu media India juga telah mempublikasikan bahwa Lockheed Martin mengusulkan pembuatan F-35 di India.

Seperti diketahui, India telah lama menjadi pelanggan senjata Uni Soviet dan Rusia. Namun belakangan ini, India mulai membeli senjata buatan Amerika Serikat (AS), antara lain: helikopter serang Apache, helicopter Chinook, howitzer dan pesawat tak berawak.

Adalah hal wajar bagi India untuk menjadi penasaran dengan pesawat tempur terkemuka seperti F-35, yang selusin sekutu AS telah berkomitmen untuk membelinya.

Di sisi lain, ada janji untuk mengurangi harga satu pesawat F-35 dari US$ 90 juta menjadi US $ 80 juta, menjadikannya sebuah pilihan yang tepat dibandingkan dengan, katakanlah, Rafael Prancis, yang telah disetujui oleh India.

Baca Juga:  Ketua IPNU Pragaan Mengkaji Fungsi Chat GPT: Jangan Sampai Masyarakat Pecah Karena Informasi Negatif

India sampai hari ini merupakan negara pengimpor senjata terbesar di dunia karena basis manufaktur industri militer dalam negerinya belum mumpuni, sehingga India terpaksa membeli persenjataannya dari pemasok asing, dengan transfer teknologi tentunya.

Baru-baru ini India juga telah meminta transfer teknologi Catapult (sistem peluncuran pesawat elektro-magnetik) untuk kapal induknya INS Vikramaditya. Dan Washington dikabarkan telah menyetujui permintaan tersebut.

Meski kapal induk itu buatan Rusia, namun setelah dilengkapi dengan sistem penerbangan baru, perencana India kini mempunyai banyak opsi pilihan untuk pesawat tempurnya. Salah satu pilihan otomatis India adalah pesawat tempur F-18E Hornet yang memang dirancang untuk beroperasi di kapal induk dengan sistem catapult.

Terkait dengan pembelian F-35, adalah masalah yang berbeda sama sekali. Bahwa belum ada kabar apakah AS sepakat untuk menjual pesawat tersebut ke India, meski India adalah salah satu mitra utama pertahanannya.

Kesulitan utamanya mungkin terletak pada kebijakan akuisisi India yang mensyaratkan 60 persen pesawat harus diproduksi di India. Hal ini jelas sangat tidak mungkin baik Lockheed Martin maupun pemerintah AS akan mengizinkannya, terkait komponen rahasia pesawat tempur tersebut. Di samping hambatan dari dalam negeri India sendiri.

Baca Juga:  Anton Charliyan Gelar Giat Rutin Berkah Ramadhan Kepada Para Jompo, Anak Yatim, Santri, dan Rekan Media di Priangan

Kesulitan lain mungkin kesenjangan teknologi untuk perawatan pesawat, dimana teknisi India perlu belajar lagi secara ekstensif guna mempertahankan pesawat mutakhir tersebut. Terakhir mungkin jaminan India kepada AS untuk tidak membocorkan rahasia teknologi F-35 ke mitra strategisnya yang lain, Rusia.

Satu hal bila India jadi membeli F-35 sudah jelas akan memicu potensi perlombaan senjata, baik Cina maupun Pakistan. Di masa lalu, ketika AS memasok F-16 ke Pakistan – India segera mencari pengimbangnya dengan mendatangkan Mirage 2000 dan MiG-29.

Demikian pula Cina yang terus memperkuat militernya di Komando Militer Barat dengan menempatkan jet tempur canggih J-10 dan J-11 sebagai langkah untuk menghadapi ancaman peningkatan militer India. New Delhi sadar bahwa meski tidak membutuhkan perlombaan senjata saat ini, namun fakta dilapangan menuntut keseimbangan kekuatan untuk menjaga stabilitas. Terutama untuk melawan setiap agresi Cina di wilayah tersebut dan di tempat lain.

Pertanyaannya apakah Washington akan menjual F-35 ke New Delhi? Masih bisa diperdebatkan. Boleh jadi keputusan India nantinya akan lebih banyak karena pertimbangan politik daripada militer. Pada gilirannya pembelian F-35 juga merupakan pesan politik India kepada Cina. Kta tunggu saja. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 5