NUSANTARANEWS.CO – Sebanyak enam pesawat tempur F-22 Raptor dikirim Angkatan Udara Amerika Serikat beberapa hari setelah Korea Utara menembakkan peluru kendali jarak jauh jenis ICBM yang mampu membawa hulu ledak nuklir ke Laut Jepang pada Rabu tengah malam pekan lalu. Kantor berita Yonhap melaporkan, jet tempur F-22 AS telah tiba di Korea Selatan.
Sebelumnya, Pyongyang menembakkan kembali senjata rudal jenis ICBM yang diberi nama Hwasong-15 ke Laut Jepang. Ini adalah uji coba senjata pemusnah massal untuk kesekian kalinya rezim Kim Jong-un setelah absen selama dua bulan. Uji coba ini diperkirakan banyak analis akan terus dilakukan di hari-hari mendatang sampai Korea Utara merasa program nuklirnya sempurna. Hwasong-15 ini hampir mendekati sempurna, di mana jarak jelajahnya diklaim mampu menempuh jarak 13.000 kilometer. Uji coba pekan lalu itu telah memastikan jarak tempuh senjata pemusnah massal tersebut dan berhasil terbang selama 53 menit di ketinggian 4.475 kilometer sebelum akhirnya terjun bebas ke zona ekonomi ekslusif Jepang.
Tak hanya itu, Hwasong-15 ini juga diklaim mampu terbang mencapai Washington DC, Amerika Serikat.
Setelah peluncuran Hwasong-15 tersebut, Amerika Serikat segera mengirim enam jet tempur F-22 Raptor untuk melaksanakan latihan militer gabungan yang kesekian kalinya bersama pasukan sekutu Korea Selatan yang dijadwalkan pekan depan.
Keenam jet tempur tangguh milik AS ini akan mengikuti latihan udara tahunan yang bertajuk Vigilant Ace yang dimulai sejak 4-8 Desember 2017.
Kendati konflik militer hampir mustahil terjadi, namun kekhawatiran Perang Dunia Ketiga telah membuat masyarakat di kawasan Asia Pasifik semakin meningkat belakangan ini. Kekhawatiran semakin menjadi-jadi ketika seorang pejabat AS di PBB Nikki Haley membuat semacam ancaman akan memberikan sanksi maksimal kepada Korea Utara.
Namun, Rusia terus berusaha mengimbangi sikap Amerika. Bagi Rusia, sanksi bukanlah solusi tepat dan malah justru hanya akan semakin memperkeruh suasana serta memprovokasi Korea Utara. Menurut Rusia, jalan satu-satunya menyikapi senjata nuklir Pyongyang adalah jalur diplomasi. Lantas bagaimana seandainya Rusia dalam posisi Jepang yang terus-menerus kawasan kedaulatannya dijadikan tempat sasaran uji coba senjata nuklir Korea Utara? (red)
Editor: Eriec Dieda