Angkatan Bersenjata Ukraina Siap-Siap Adopsi Sistem Javelin

Angkatan Bersenjata Ukraina Siap-Siap Adopsi Sistem Javelin AS. Foto: Dok. Geopolítico.es

Angkatan Bersenjata Ukraina Siap-Siap Adopsi Sistem Javelin AS. Foto: Dok. Geopolítico.es

NUSANTARANEWS.CO – Pejabat militer senior Ukraina menerangkan Militer Ukraina tengah bersiap-siap adopsi sistem rudal anti-tank yang canggih.

“Persiapan untuk penggunaan dan pengoperasian sistem rudal anti-tank AS, Javelin sudah dan sedang dilaksanakan di Angkatan Bersenjata Ukraina”, tutur Kepala Staf Angkatan Darat Ukraina Viktor Muzhenko di Twitter, Rabu lalu, ftanpa memberikan rincian tentang jenis persiapannya seperti dilansir dari Xinhua.

Pekan lalu, media Ukraina telah melaporkan bahwa tentara Ukraina akan melatih para operator Javelin di Akademi Angkatan Darat Hetman Petro Sahaidachnyi di kota Lviv di Ukraina Barat.

Menurut portal media online Militer Ukraina, setelah pelatihan/kursus bahasa Inggris di Universitas Ukraina, personil terpilih akan dikirimkan ke luar negeri untuk menerima pelatihan penggunaan tempur Javelin.

Sistem rudal anti tank portable fire and forget yang canggih dapat menyerang tank dari atas. Javelin juga memiliki kemampuan untuk menyerang helikopter dengan ketinggian rendah dan benteng pertahanan. Ini pertama kali digunakan oleh unit Angkatan Darat AS pada tahun 1996.

Bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pasokan persenjataan canggih ke Ukraina untuk memperbarui kemampuan pertahanannya. Penjualan persenjataan tersebut dilaporkan mencakup rudal anti tank Javelin, yang telah lama diinginkan Kiev.

Langkah Washington ini membuat marah Rusia, yang mengatakan akan menyebabkan “pertumpahan darah baru” di Ukraina, yang mana wilayah Donbas Timur masih berada dalam cengkeraman konflik bersenjata selama hampir empat tahun.

Ukraina melancarkan operasi militer di Donbas pada bulan April 2014 setelah kelompok bersenjata merebut kota-kota di wilayah tersebut dan mengumumkan kemerdekaan. Konfrontasi tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan menyebabkan sekitar 24.000 orang cedera. (JG)

Editor: Achmad S.

Exit mobile version