Rubrika

Anggia Ermarini: Fatayat Menggiatkan Dakwah Berbasis Keluarga

Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini (tengah) saat Pembukaan IYMWF. (FOTO: Istimewa)
Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini (tengah) saat Pembukaan IYMWF. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Umum Fatayat NU, Anggia Ermarini menyangkan posisi perempuan sebagai istri yang seolah-olah diwajibkan untuk selalu mengikuti perintah suami, yang bisa saja sudah terlebih dulu terjerumus dalam aliran kiri.

“Jika doktrin disebarkan melalui keluarga, maka akan sangat mudah tertanam dalam pikiran seluruh anggota keluarga. Makanya fatayat sedang giat-giatnya menggelar dakwah berbasis keluarga,” kata Anggia kepada Republika.co.id, Senin (29/10/2018).

Karena itu, dia berharap, International Young Muslim Women Forum (IYMWF) dapat terus mengkaji dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kerap menimpa perempuan. Dimana, forum yang dibuka pada Rabu (24/10) ini membahas peran perempuan dalam penyebaran doktrin ekstrimis.

IYMWF sendiri, kata Anggia, memahami tingginya potensi pengaruh keluarga dalam penanaman pemahaman. Jadi, tegasnya,IYMWF bukan hanya forum yang berdasar teori belaka, namun membawa permasalahan lapangan dan mengkajinya bersama para pakar dan tokoh yang jelas berperan nyata dalam memperjuangkan kehidupan perempuan.

Peran wanita, lanjut Anggia, sangatlah penting, bukan hanya dalam pembentukan generasi cemerlang bangsa, namun juga menciptakan dunia damai tanpa kekerasan dan peperangan. “Melalui forum ini, kita mengajak tokoh-tokoh inovatif yang terbukti berperan nyatanya dalam kehidupan untuk mengkaji secara mendalam permasalahan-permasalahan perempuan,” katanya.

Baca Juga:  Saat Hadiri Halal Bihalal, Camat Bungkal Harap Sekdes Tingkatkan Kinerja

Lebih lanjut, Anggia menjelaskan, dalam forum ini, terdapat tujuh pembahasan utama yang sesuai dengan permasalahan di lapangan. Pertama, Islam rahmatan lil ‘alamin sebagai upaya mendukung kesetaraan gender, HAM, dan keadilan untuk semua orang. Kedua, Islam Nusantara sebagai role model dari Indonesia yang dapat diterapkan di negara-negara lain dalam mengatasi radikalisme dan ekstrimisme beragama.

Baca Juga: Ketua Fatayat NU DIY: Kader Kopri Harus Jadi Pelopor

“Ketiga, kepemimpinan perempuan sebagai aksi afirmatif dalam segala bidang kehidupan. Keempat, kampanye melawan pernikahan usia anak dan diskriminasi perempuan. Kelima, mendorong pemerintahan di tiap-tiap negara untuk memastikan kesetaraan dalam pelayanan kesehatan antara laki-laki dan perempuan.Keenam, pemberdayaan ekonomi perempuan. Ketujuh, mengajak perempuan dunia makin aktif di sosial media untuk kampanye Islam damai, toleran, dan moderat,” urainya.

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,147