NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menurut sebuah analisa terbaru, kesenjangan antara orang kaya dan miskin bahkan lebih luas dari yang kita pikirkan saat ini.
Perkiraan resmi ketidaksetaraan hanya memperhitungkan uang yang dilihat oleh orang pajak, menurut sebuah makalah baru-baru ini oleh ekonom, Annette Alstadsæter, Niels Johannesen dan Gabriel Zucman seperti dikutip Independent.
Namun, kebocoran baru-baru ini dari dokumen-dokumen rahasia dari yurisdiksi tertutup seperti Panama dan Swiss telah memberikan gambaran yang lebih akurat tentang skala penggelapan pajak global, sebagian besar dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya.
Ketiga ekonom tersebut menggunakan data ini untuk membuat penilaian baru tentang kekayaan sejati orang-orang terkaya di planet ini, dan dengan demikian ukuran yang berpotensi lebih akurat dari seberapa jauh mereka berasal dari yang paling rendah.
Sampai saat ini, sebagian besar penilaian kekayaan mengandalkan audit pajak acak, yang tidak mengambil aset yang tersembunyi di luar negeri.
Ini tidak akan berdampak pada pengukuran ketidaksetaraan global jika orang miskin menghindari pembayaran iuran mereka sama seperti orang kaya. Sebenarnya, orang kaya menghindari kelipatan lebih banyak daripada orang miskin, menurut Alstadsæter, Johannesen dan Zucman.
Mereka mempelajari tiga set dokumen: Panama Papers, yang bocor dari sebuah firma hukum Amerika Tengah yang membantu orang mendirikan perusahaan-perusahaan surga pajak; Swiss Leaks, yang mengungkapkan transaksi anak perusahaan HSBC di Swiss; dan catatan pajak Skandinavia, yang memberikan gambaran yang luar biasa rinci mengenai pendapatan warga di wilayah tersebut.
Dengan menggabungkan kumpulan data, mereka dapat membuat perkiraan ukuran sebenarnya dan cakupan penghindaran pajak, dan ketidaksetaraan.
Mereka menemukan orang terkaya 0,01 persen di Norwegia, Swedia dan Denmark menghindari 30 persen dari pajak pribadi mereka rata-rata, dibandingkan dengan hanya 3 persen pada total populasi.
Di Norwegia, yang memiliki data rinci, orang super kaya yakni 0,1 persen teratas dari piramida kekayaan, 30 persen lebih kaya dari yang diperkirakan sebelumnya, ketika aset tersembunyi mereka di luar rumah diperhitungkan. Ini berarti mereka sebenarnya memiliki 10 persen dari semua kekayaan, bukan 8 persen yang dipikirkan sebelumnya.
Para penulis berpendapat bahwa skala penghindaran pajak cenderung lebih buruk lagi di banyak negara lain yang memiliki peraturan pengungkapan pajak yang jauh lebih ketat.
Kata para ekonom, hanya ketika kita benar-benar dapat menilai berapa banyak kekayaan pribadi yang tersimpan di lepas pantai skala persamaan global akan diketahui.
Informasi tambahan, di Indonesia sendiri kesenjangan ekonomi sudah sampai pada titik yang membahayakan. Pasalnya, indeks kesenjangan pengeluaran penduduk Indonesia atau gini ratio telah mencapai angka 0,42 atau memasuki taraf bahaya. Hal ini pernah diungkapkan Ketua LPP PKB, Marwan Jafar pada Maret lalu. Ia mengatakan bahwa Kesenjangan antara golongan kaya dan miskin di Indonesia yang berjalan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, telah tumbuh lebih cepat dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Menurutnya, selain gini ratio, laporan Global Wealth juga telah menetapkan Indonesia di peringkat keempat negara yang kesenjangan ekonominua paling timpang di dunia, di mana 1 persen orang terkaya menguasai 49,3 persen kekayaan nasional.
Hal serupa juga pernah diakui Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Februari lalu, JK mengatakan kesenjangan di Indonesia cukup berbahaya dibandingkan negara lain. Kata JK, Di Thailand yang kaya dan miskin sama agamanya. Di Filipina juga begitu, baik yang kaya maupun miskin memiliki agama yang sama. Sementara di Indonesia yang kaya dan miskin berbeda agama.
Begitu juga laporan Oxfam Internasional menyebutkan bahwa arta total empat orang terkaya di Indonesia, yang tercatat sebesar 25 miliar dolar AS, setara dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin. Dalam laporannya, Oxfam menyatakan kekayaan empat milyader terkaya di tanah air, tinggi dari total kekayaan 40 persen penduduk miskin, atau sekitar 100 juta orang. satu persen orang terkaya memiliki hampir setengah (49 persen) dari total kekayaan populasi. (ed)
Editor: Eriec Dieda