PeristiwaSosok

Aminuddin Kasdi Buka Rahasia di Balik Buku Saku ABC Revolusi PKI

Sejarawan Aminuddin Kasdi/Istimewa
Sejarawan Aminuddin Kasdi/Istimewa

NUSANTARANEWS.CO – Tahun 2009 lalu, sejarawan Aminudin Kasdi secara terang-terangan membuka rahasia rencana besar Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terdapat dalam buku saku berhudul ABC Revolusi, keluaran Comite Central (CC) PKI pada 1957. Buku saku itu berupa dokumen penting yang ditemukan Aminudin Kasdi berisi tiga rencana revolusi atau pemberontakan PKI di Indonesia menuju negara komunis.

Seperti diketahui publik, PKI belakangan ditengarai akan bangkit kembali dan hendak mengganti Pancasila dengan komunisme. Pro dan kontra terjadi dengan hebat di media. Sampai akhirnya, Presiden Joko Widodo memberikan instruksi kepada para penegak hukum untuk menindak segala aktifitas yang menunjukkan identitas PKI secara hukum.

Intruksi Presiden terkait pengawasan dan penindakan terhadap setiap gejala komunisme tentu memiliki kaitan erat dengan isi ABC Revolusi di tangan Aminudin Kasdi tersebut. Lalu siapakah Prof Aminudin Kasdi? Bagaimana riwayat hidup dan peta pemikirannya, sehingga sebagai sejarawan dia memiliki buku saku yang begitu rahasia itu?

Dalam buku Kaum Merah Menkjarah: Aksi Sepihak PKI/BTI di Jawa Timur 1960-1965 (2001), tertulis biografi singkat seorang Profesor di bidang Sejarah ini dan disebutkan bahwa dirinya merupakan murid atau didikan terakhir dari Prof Sartono Kartodirdjo, sejarawan terkemuka Indonesia.

Riwayat Hidup dan Pendidikan

Aminudin Kasdi lahir 9 Januari 1948 di Nganjuk. Ia pertama kali mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) atau Sekolah Dasar di kota kelahirannya, lulus tahun 1960. Kamudian melanjutkan pendidikannya ke SLTP di Kediri antara tahun 1960 sampai 1963. Lulus SLTP ia pindah ke Malang untuk masuk sekolah SLTA dari tahun 1963-1966 ada yang menyebutkan, ia di malang hanya setahun antara tahun 1964-1965, karena Aminudi sekolah dalam sistem pendidikan guru.

Setelah menyelesaikan masa pendidika guru, Aminudin Kasdi memilih menjadi seorang pendidik atau guru. Ia adalah seorang guru yang ulet, tekun, dan termasuk sosok yang menikmati dan bertanggung jawab terhadap profesi atau pekerjaannya itu.

Terhitung sejak tahun 1966 sampai tahun 1971 ia tercatat sebagai guru SD. Sejak tahun 1971 sampai 1975 ia mengajar di SLTP. Di sela-sela kesibukannya menjadi guru, Aminudian juga tercatan sebagai Mahasiswa di Extension Course IKIP Nganjuk dan lulus tahun 1972 dengan gelar Sarjana Muda Pendidikan Sejarah (BA).

Baca Juga:  Ar-Raudah sebagai Mercusuar TB Simatupang

Mungkin karena keuletan dan ketekunannya, Aminudin Kasdi diangkat menjadi guru SLTA pada tahun 1975 sampai 1980. Sebagai guru SLTA, Aminudin juga mengabdi sebagai kepala SMA Muhammadiyah Nganjuk (1976-1983) dan menjadi Dosen Luar Biasa Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel (1976-2000). Sembari menjadi dosen di IAIN Sunan Ampel, tahun 1979 dirinya mutase sebagai tenaga edukatif di Universitas negeri Surabaya (d/h IKIP Negeri Surabaya).

Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah berhasil diraihnya di IKIP Malang dan gelar Akta V di Surabaya tahun 1984. Tiga tahun kemudian, Aminudin Kasdi yang tercatat sebagai dosen sejarah, mendapatkan kesempatan melanjutkan studi S2 masuk tahun 1987 dan lulus tahun 1989 dengan tesis yang berjudul: “Masalah Tanah dan Keresahan Petani di Jawa Timur 1960-1965?. Kemudian tahun 1993 malanjutkan S3 Ilmu Sejaran di Pascasarjana UGM Yogyakarta.

Aminudin Kasdi termasik pendidik yang pantang menyerah dan penuh semangat dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang Ilmu Sejarah. Demi sebuah cita-cita dan tekad yang kuat, Aminudin melakukan penelitian ke Belanda tahun 1995 dengan dana swadana demi menyelesaikan disertasi yang ditulisnya. Dengan judul disertasi “Hubungan antara Pusat dan Daerah pada Periode Kartasura Akhir (1976-1745); Studi Peranan Cakraningrat IV dalam Merebut dan Mengembalikan Kraton Kartasura kepada Pakubowana II” atas bimbingan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, akhirnya Aminudin lulus dengan gelar Doktor (Dr.) tahun 1997. Sebagai informasi, Aminudian adalah mahasiswa S3 angkatan ke-17 alias angkatan terakhir yang mendapat bimbingan langsung dari Sejarawan besar Sartono Kartodirdjo.

Penulis dan Peneliti yang berjiwa organisatoris

Aminudin Kasdi selain dikenal sebagai sejarawan dan pendidik, ternyata dia juga seorang penulis produktif dan memiliki jiwa organisatoris yang tinggi. Hobinya menulis muncul sejak dirinya menjadi mahasiswa. Karya tulisnya ketika itu dipublikasikan di Mimbar Pendidikan Agama (MPA) Jawa Timur, Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan IKIP Surabaya, Media Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FPIPS IKIP Surabaya, Wahana IKIP Surabaya, Widya Loka IKIP Widya Darma Surabaya, dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Bencana Hidrometeorologi Incar Jawa Timur, Heri Romadhon: Masyarakat Waspadalah

Bukti bahwa dirinya adalah penulis berbakat, tahun 1983 menulis buku Babad Gresik, setahun kemudian terbit buku karangannya berjudul Palestina dalam Kemelut (1984). Dua tahun berikutnya menerbitkan buku Pertempuran 10 November; Citra kepahlawanan Bangsa Indonesia di Gresik (1986), Kepurbakalaan Sunan Giri (1987), Kota Gresik dalam Perspektif Hari Jadi (anggota tim peneliti sekaligus penulis, 1991), Sejarah Sunan Dradjat dalam Jaringan Masuknya Islam di Nusantara (tim peneliti/penulis, 1998), Sunan Giri dalam Jejak Kanjeng Sunan; Perjuangan Wali Songo (Yayasan Festival Wali Songo, 1999), dan G30S/PKI, Bedah Ceasar Dewan Revolusi Indonesia (2005) yang berisi tentang komunisme.

Selain sebagai penulis, ia juga terlibat dalam banyak penelitian seperti penelitian Hari Jadi Kota Gresik (1991), Kabupaten Nganjuk (1993), Kabupaten Pacitan (1985), Tim peneliti/Pertimbangan Benda Cagar Budaya Kota Surabaya (1994-2000). Bahkan ia pun memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah sejarah, sosial-budaya, arkeologi, Islam periode klasik, komunisme di Indonesia, dan pendidikan. Dengan banyak aktifitas tersebut, Aminudin Kasdi menulis banyak makalah yang ia presentasikan di berbagai seminar atau pertemuan mulain dari tingkat lokal sampau internasional.

Adapun pengalaman organisasinya adalah sebagai berikut: Pelajar Islam Indonesia (PII-1963-1965), GP Ansor (1965-1968), HMI (1965-1975), Muhammadiyah (1976- sekarang), Ta’mir Yayasan Masjid Al-Aziz Surabaya (1986-sekarang), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI–1990-sekarang), dan Masyarakat Sejarawan Indonesia Jawa Timur (1993-sekarang).

Penemu buku saku ABC Revolusi
Sebagai seorang sejarawan didikan Sartono Kartodirdjo, ia menemukan buku ABC Revolusi yang sudah lapuk dan lusuh. Tetapi itu adalah dokumen penting dan berharga bagi terkuaknya, rencana-rencana besar PKI atas NKRI.

Berdasarkan buku saku ABC Revolusi yang ia kabarkan sejak tahun 2009 lalu dan bukti-bukti sejarah dalam buku-buku yang sudah ada, Aminudin Kasdi menilai, pengakuan pihak tertentu ada skenario ABRI melakukan penangkapan orang-orang PKI setelah Oktober atau ada pembantaian terencana oleh NU terhadap PKI, tidak didukung bukti historis.

Baca Juga:  Sampaikan Simpati dan Belasungkawa, PPWI Lakukan Courtesy Call ke Kedubes Rusia

Dua tahun lalu, Juli 2014, Aminudin menjelaskan ke media, buku ABC Revolusi yang ditemukannya, membuktikan adanya rencana pemberontakan PKI yang diragukan sejumlah pihak. Menurut data historis dalam buku tersebut, tiga tahap rencana pemberontakan PKI ditulis rinci namun tidak ada yang berhasil. Demi mengaburkan fakta sejarah, mereka (PKI) membuat rumor baru yang mendekati pemutar-balikan fakta.

Terkait pembunuhan yang dilakukan orang NU terhadap orang-orang PKI, Aminudin berpendapat sesuai dengan buku yang tidak tidak ia ceritakan asal-usulnya, tidak direncanakan melainkan sebagai reaksi atas sikap PKI yang menyebabkan terjadinya chaos. Misalnya, PKI waktu itu memprovokasi warga NU dengan pertunjukan ludruk yang temanya menyakitkan, seperti matinya Tuhan, Malaikat yang tidak menikah karena belum dikhitan, dan masih banyak lagi.

Menurut Aminudin, PKI sedang melakukan provokasi politik dan gerakannya di-back-up oleh media massa dengan tujuan membesarkan PKI di Indonesia dan mengaburkan sejarah. Pada masanya, ia pernah menjadi saksi sebab mengalami peristiwa pemberontakan PKI. Lebih penting lagi, dia memiliki bukti sejarah itu.

Perhatian Aminudin sebagai sejarawan Indonesia di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) terhadap PKI terus berlanjut. Terbukti, ketika di masyarkat tersebar rencana hari peringatan kelahiran PKI ke-102, 9 Mei 2016, pekan lalu, ia kembali bicara soal PKI di sebuah diskusi kecil di Surabaya.

Dalam diskusi tersebut, ia mengatakan bahwa PKI memang kejam, anti-agama, dan tetap bercita-cita menegakkan ideologi komunis di Indonesia. Terkait isu-isu yang menyatakan sebaliknya merupakan upaya pengaburan fakta sejarah tanpa didukung bukti historis.

Aminudin Kasdi menjadi saksi dan berani memberi kesaksian dengan bukti sejarah sebagai seorang sejarawan. Fakta tersebut, akan menjadi kebenaran apabila  tidak ditemukan dokumen baru yang dapat membantahnya. (Sel/Sl)

Related Posts

1 of 3,050